HUT ke 76 RI

Kenang Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang, Hasyim Husin Lihat Ayahnya Ditembak Belanda

Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang, Ketua DPC Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) kota Palembang Hasyim Husin lihat ayahnya ditembak

TRIBUNSUMSEL.COM/LINDA
Hasyim Husin yang merupakan Ketua DPC Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Palembang menceritakan Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang, Selasa (17/8/2021). 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Dengan mata berkaca-kaca, Haji Muhammad Hasyim Husin yang merupakan veteran asal Ogan Komering Ulu (OKU) Timur menceritakan pengalaman pahit hidupnya. 

"Saya melihat secara langsung orang tua ditembak Belanda," kata Hasyim Husin yang merupakan Ketua DPC Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) kota Palembang, Selasa (17/8/2021).

Kolonel Infanteri (Purn) ini menceritakan, pada saat itu usianya baru lima tahun.

Sehingga dikarenakan usianya yang masih kecil ia belum begitu tahu apa-apa.

"Waktu itu usia saya masih 5 tahun, nggak tahu yang namanya sedih ataupun orang tua sudah meninggal. Jadi bapak meninggal saya tahu tapi karena masih kecil ya cuma melihat saja," kata Hasyim yang kini sudah berusia 80 tahun. 

Hasyim yang pernah menjadi Wakil DPRD Provinsi Sumsel periode 1992-1997 menceritakan, bahwa bapaknya ditembak Belanda saat Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang.

"Bapak, ibu dan saya dari OKU Timur belanja ke Palembang naik perahu, itu tahun 1947. Lalu paginya pas mau pulang ke OKU Timur naik perahu di lewati kapal besar, ternyata itu kapal Belanda yang terjadi perang lima hari lima malam," katanya.

Hasyim yang pernah mengemban misi perdamaian PBB di Timur Tengah, jadi penengah antara Mesir dan Israel melanjutkan ceritanya, perjalanan masih terus dilanjutkan, berhenti di kedukan yang ada di 7 Ulu, bersandar disana. 

"Lalu kami ke atas untuk bersembunyi. Nggak tau ada apa bapak bilang nggak ada tembakan dia pikir aman. Lalu kami bertiga naik lagi ke perahu. Begitu sampai diatas perahu bapak ditembak Belanda kena perut dan sakit, meninggal," katanya.

Lalu ibu di dalam perahu waktu itu reflek kena juga sikunya.

Jadi tingal berdoa saja. Bapak meninggal di perahu dan ibu tidak bisa melakukan apa-apa karena tanganya terluka.

Jadi makan seadanya dan kalau minum langsung ambil dari air sungai. 

"Kemudian hari ke 7 ada perahu kecil-kecil kita panggil. Perahu yang menolong itu ada bilang mungkin ini orang kamu, pas dilihat ternyata ada keluarga kita. Lalu kami dibawa berobat," katanya.

Baca juga: Tradisi Lumpatan di Empat Lawang, Ramai-ramai Tangkap Ikan di Sungai, Hanya Satu Tahun Sekali

Alhamdulillah belum waktunya makanya bisa hidup sampai sekarang.

Ibu sampai tua sikunya cacat dan sudah meninggal.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved