Berita Regional
Kisah Bocah 9 Tahun Tuntun Ayah yang Tunanetra untuk Mengamen, Ditinggal Ibu Sejak Usia 4 Tahun
Bocah 9 tahun bernama Melya Damayanti ikut ngamen ayahnya yang tunanetra. Ia ditinggal sang ibu sejak usia 4 tahun
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Muhammad Irfan Al Amin
TRIBUNSUMSEL.COM, SOLO - Kisah bocah perempuan usia 9 tahun tuntun ayah yang tunanetra untuk mengamen.
Bocah tersebut bernama Melya Damayanti, bocah kelas 3 SD di Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah.
Sementara sang ayah bernama Sony Wardana (41).
Setiap jari ia berjalan kaki bersama ayahnya untuk mengamen.
Dari pasar satu ke pasar yang lain, Melya tak malu dan tak mengeluh demi menuntun ayahnya yang tak bisa melihat tersebut.
Setiap harinya Melya harus menemani ayahnya mengais rezeki dari pagi buta sekitar pukul 03.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB.
Perjalanannya dimulai dari rumah kontrakannya yang sederhana di Kampung Banyuagung RT 05 RW 04, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari ke pasar-pasar.
Mulai kawasan Pasar Gede, Pasar Legi hingga Pasar Jebres yang jaraknya cukup jauh.
"Iya saya menuntun ayah (memandu dan mengarahkan saat jalan)," aku Melya kepada TribunSolo.com, Rabu (11/8/2021) malam.
Namun Sony mengaku, sebenarnya dirinya bisa berjalan mengarungi jalanan seorang diri.
Baca juga: Kisah Anak Juru Parkir Wisuda dengan IPK 4,0, Ayah Sempat Jual Alat Tangkap Ikan untuk Bayar UKT

"Kalau tanpa Melya dibantu tongkat dan indra pendengaran saya cukup tajam," kata dia.
"Tapi masalahnya saya sering nabrak dan ditabrak, daripada bermasalah akhirnya saya minta Melya menemani," jelasnya.
Uniknya, Melya tak pernah berkeluh kesah kepada sang ayah meski harus berpeluh keringat dan bangun di kala gelap.
Ditambah lagi jarak tempuh mengamen mereka tidak terbilang dekat, dari Pasar Gede-Pasar Legi- Pasar Jebres.
Semuanya dilakukan dengan jalan kaki.
"Palingan cuma bilang, ayah capek, atau ayah minta jajan," kisahnya.
Bahkan tak hanya sebagai penunjuk jalan, Melya juga menjadi jubir bagi ayahnya di setiap transaksi pembelian.
"Terkadang kalau anak saya jajan suka dikasih gratis, padahal sudah suruh untuk bayar," terangnya.
"Tapi karena sudah dekat dengan para pedagang atau mungkin karena kasihan, mau ambil jajan suka dikasih gratis," imbuhnya.
Melya yang sudah ditinggal ibunya di saat berumur 4 tahun tersebut bercita-cita untuk menjadi seorang dokter.
"Ibunya pergi dengan laki-laki lain saat dia berumur 4 tahun," ungkapnya.
"Kini hanya saya dan neneknya yang saling bahu membantu masa depan Melya, semoga cita-citanya terwujud," harapnya.
Tak Mau Membebani Orang
Hidup seorang pengamen tunanetra asal Kota Solo sungguh menyentuh hati.
Meski tak bisa melihat, Sony tak mau membebani orang lain dengan keterbatasannya.
Terbukti dirinya lebih memilih menunjukkan skill bermusiknya di hadapan khalayak warga.
Dirinya mampu bermain alat musik seperti gitar, ukulele, hingga harmonika.
Uniknya, Sony belajar secara otodidak tanpa ada satu guru khusus yang mengajarinya, karena ingkungan dan keadaan yang membentuknya.
"Ya otodidak," kata dia kepada TribunSolo.com.
Buta Karena Kecelakaan
Sony sapaan akrabnya lahir pada pada tahun 1980, selayaknya bayi biasa, seluruh organ panca indra dan fisiknya normal.
Tanpa ada keluhan apapun.
Namun nikmat itu raib dari dirinya, saat berusia 19 tahun.
Sony mengalami kecelakaan hingga menyebabkan organ syaraf matanya rusak, dan dia harus buta total.
"Waktu itu ada konflik keluarga perkara warisan, saya curiga ada oknum keluarga yang menyerang saya hingga membuat saya celaka," katanya.
Saat dikonfirmasi apakah dirinya membuat laporan ke polisi, dirinya lebih memilih enggan dan mengikhlaskan hal tersebut.
"Saya sudah tak bisa berbuat apa-apa, hubungan keluarga juga menjadi renggang, akhirnya ya pasrah," ungkapnya.
Akibat kebutaannya, Sony harus berjuang dalam menghadapi hidup.
Berbagai bidang ilmu dia tekuni dari bermain musik hingga menjadi tukang pijat.
"Saya ini belajar pijat refleksi, setidaknya Rp 300 ribu sekali menggunakan jasa saya," ujarnya.
Dirinya yang tak pernah mengenyam bangku SLB juga tak bisa membaca huruf braile dan hanya mengengandalkan putri semata wayangnya.
"Baca, tulis, balas pesan, menghitung uang, hingga urusan transaksi semuanya putri saya yang melakukan," terangnya.
Bahkan lika-liku perjalanan Sony menjadi sorotan di sosial media, sehingga Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sudah mencari alamatnya dan di mana dia bermukim.
"Tadi kantor kelurahan sudah mendata dan belum tahu buat apa," aku dia. (*)
Baca berita lainnya di Google News