Akidi Tio Sumbang 2 Triliun
Menelusuri Jejak Keluarga Akidi Tio di Jalan Veteran Palembang, Penyumbang Rp 2 Trilun
Keluarga Akidi Tio kini sedang menjadi perbincangan hangat di seluruh Indonesia karena memberi dana bantuan sebesar Rp. 2 Triliun
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Prawira Maulana
Pencarian kemudian dilanjutkan ke kawasan Jalan Mayor Salim Batubara, Sekip tepatnya tak jauh dari Bakso Trisno.
Beberapa warga yang ditemui juga mengaku tidak mengenal siapa Akidi Tio.
"Bisa jadi pernah tinggal disini, tapi saya tidak kenal. Namanya juga asing," kata Asun (65) salah seorang penghuni lama di kawasan Sekip.
Selanjutnya tribunsumsel.com menuju ke Jalan Mayor Ruslan Lorong Tunggal Dalam yang juga disebut-sebut pernah jadi tempat tinggal keluarga Akidi Tio di Palembang.
Namun hasilnya tetap sama yakni tidak ada yang mengenal sosok tersebut.
Suyoso ketua RT 38 Jalan Mayor Ruslan Lorong Tinggal Dalam mengatakan, dirinya susah 40 tahun tinggal di kawasan ini.
Namun sekalipun ia tidak pernah mengenal sosok Akidi Tio.
"Tidak ada warga namanya Akidi Tio. Kalaupun pernah tinggal disini, mungkin dia pakai nama panggilan jadi tidak kenal nama aslinya. Tapi setahu saya orang itu tidak pernah tinggal disini," ujarnya.
Keluarga Akidi Tio memberikan bantuan Rp 2 Triliun untuk masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan (Sumsel).
Bantuan tersebut diberikan secara langsung oleh anak bungsu Akidi Tio yang bernama Heriyanti, didampingi Prof dr Hardi Darmawan yang merupakan dokter keluarga Almarhum (Alm) Akidi Tio kepada Irjen. Pol. Prof. Dr. Eko Indra Heri.
"Saya sudah tanya ke keluarga Akidi tidak ada syarat-syarat khusus, yang penting amanah dan tercapai tujuan yang mulia," kata Prof Hardi saat Live Talk dengan tema Ungkap Fakta Sumbangan Rp 2 Triliun Keluarga Akidi Tio bersamaan Head of Newsroom Sriwijaya Post dan Tribun Sumsel Hj. L. Weny Ramdiastuti, Selasa (27/7/2021).
Lebih lanjut ia mengatakan, jadi diserahkan amanah itu harus betul-betul berjalan dengan baik. Maksudnya dari amanah (bisa dipercaya) itu adalah harus fathonah (cerdas), siddiq (jujur, benar) dan tabligh (menyampaikan).
Menurutnya, nantinya akan ada tim khususnya dan Prof Hardi minimal akan masuk jadi pengawas. Walaupun ia perantara saja, tapi ia merasa punya kewajiban moral bahwa itu untuk masyarakat.
"Saya sudah biasa seperti itu, saya juga tahu yang terjadi di daerah-daerah," ungkapnya.
Lalu uang tersebut akan digunakan dalam hal apa? "Kami berpikir, dalam tim satgas yaitu 3T (testing, tracing and treatment). Lalu 5 M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas). Itukan di hulu dan fencing," katanya.