Polemik Partai Demokrat
Partai Demokrat KLB Marah Usai Dibilang Kubu AHY Gila Kekuasaan, Sebut Wajar Jika Ditinggal Rakyat
Partai Demokrat KLB Marah Usai Dibilang Kubu AHY Gila Kekuasaan, Sebut Wajar Jika Ditinggal Rakyat
TRIBUNSUMSEL.COM - Polemik yang terjadi di Partai Demokrat tampaknya terus berlangsung.
Hal tersebut terjadi karena adanya KLB Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang.
Kali ini hubungan Partai Demokrat KLB Deli Serdang memanas karena pernyataan kubu AHY.
Juru bicara DPP Partai Demokrat KLB Deli Serdang Muhammad Rahmad, menanggapi pernyataan kubu AHY yang mengatakan pihaknya gila kekuasaan, karena menggugat keputusan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly ke PTUN.
Rahmad menegaskan pihaknya tidak gila kekuasaan.
Menurutnya, justru kubu AHY yang gila kekuasaan karena memanipulasi AD/ART di luar kongres, serta memanipulasi pendiri Partai Demokrat.
"DPP Partai Demokrat KLB Deli Serdang tidak gila kekuasaan, tidak memalukan dan tidak menyedihkan."
"Justru kubu AHY sesungguhnya yang gila kekuasaan, yang memalukan dan menyedihkan," ujar Rahmad, kepada wartawan, Senin (28/6/2021).
"Memanipulasi AD ART di luar kongres, dan memanipulasi pendiri Partai Demokrat kemudian mendaftarkannya ke Kemenkumham adalah perbuatan gila kekuasaan, memalukan, dan menyedihkan yang dilakukan kubu AHY."
"Kubu AHY juga telah mengkhianati slogan Partai Demokrat yang selalu didengung-dengungkan SBY ketika partai ini berkuasa dan mendapatkan amanah rakyat, yaitu Bersih-Cerdas-Santun," imbuhnya.
Rahmad juga menilai DPP Partai Demokrat kubu AHY telah dikuasai oleh orang-orang yang tidak mengerti cara menaati hukum, yang tidak mengerti etika kesantunan berbicara, dan arogansi kekuasaan.
Maka dirinya tidak heran jika Partai Demokrat ini semakin ditinggalkan rakyat.
Menurutnya, Partai Demokrat terjun bebas ketika dipimpin SBY dan AHY, karena bisikan orang-orang yang kehilangan kecerdasan dan kesantunan.
"Dari perolehan 148 kursi DPR RI tahun 2009, turun jadi 61 kursi tahun 2014, dan turun lagi jadi 51 kursi tahun 2019."
"Ini adalah capaian terendah Partai Demokrat sepanjang sejarah."