Wawancara Eksklusif Tribun Sumsel
Cerita Ateng Bandar Narkoba Tangga Buntung Kaget Tertangkap, Padahal Sudah Sembunyi di Hutan
Karena ada yang bantu jadi berhasil lolos. Saya lima hari di Palembang, dan sembilan hari di kebun di OKU Selatan.
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Abdullah (40) dan Ahmad Fauzi alias Ateng (34), keduanya merupakan kakak adik yang menjadi salah satu bandar narkoba di wilayah Tangga Buntung Palembang.
Abdullah dengan rambut pirang, berpostur tubuh gempal, atau lebih berisi daripada sang adik yaitu Ateng yang berperawakan kecil.
Saat akan diwawancarai secara khusus oleh Kepala Newsroom Tribun Sumsel dan Sriwijaya Post Hj L Weny Ramdiastuti, Ateng terlihat berjalan terpincang-pincang, karena ia jatuh saat loncat melarikan diri.
Abdullah ditangkap terlebih dahulu sebelum Ateng. Sebab Ateng sempat melarikan diri selama 14 hari yaitu 5 hari di Palembang dan 9 hari bersembunyi di kebun, tepatnya di OKU Selatan.
Namun untuk mengorek keterangan dari kakak adik ini tidak semudah yang dibayangkan. Bahkan tidak terlihat raut wajah penyesalan, dan berani menatap mata Weny yang seolah-olah ini hanya biasa saja.
Abdullah dan Ateng pun menceritakan alasannya menjadi bandar narkoba, karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Sebelumnya karena sulitnya mencari pekerjaan akhirnya menjadi kuli bangunan sebagai kenek. Namun karena ingin mencari pendapatan yang lebih jadi jual beli narkoba," kata Abdullah, Selasa (27/4/2021).
Lebih lanjut ia menceritakan, bahwa dari tamat SMP hingga usia 30 tahunan ia menjadi kuli bangunan, di daerah Tangga Buntung. Mengerjakan bangunan rumah yang ada di sekitar Tangga Buntung.
"Namun karena faktor ekonomi akhirnya memutuskan untuk terjun ke narkoba. Untuk jual beli narkoba sudah dua tahun, dan awalnya nggak pakai, karena di modalin," ungkapnya.
Lalu ketika ditanya bagaimana dengan istri apakah tahu, awalnya istri nggak tahu. Tanpa sepengetahuan istri. Namun akhirnya tahu. Setelah akhirnya istri tahu ia terpaksa. Tapi nggak ngajak istri.
"Kalau Ateng, awalannya istri melarang, nggak usa jualan. Ia tapi karena terpaksa ya tetap jualan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup," katanya.
Ateng pun menceritakan akhirnya ia tertangkap. Awalnya waktu hari Minggu pengerbekan, Ateng sempat lolos karena lompat dari jendela.
Namun karena rumahnya pangung, Ateng sempat terkilir hingga ia harus jalan terpincang-pincang. Usai lompat ia bersembunyi ke rumah tentang selama pengeledahan.
"Karena ada yang bantu jadi berhasil lolos. Saya lima hari di Palembang, dan sembilan hari di kebun di OKU Selatan," katanya.
Menurutnya, ia tidak menyangka bakal tertangkap. Sebab ia sudah bersembunyi di hutan yang jauh. Saat ditangkap pun kondisi Ateng sedang tidur.
"Saya nggak kebayang ditangkap, karena uda sembunyi di dalam hutan. Jadi ketika ditangkap kaget," kata Ateng.
Baca juga: Polres Banyuasin Gagalkan Penyelundupan 86.900 Benih Lobster, Siap Kirim dari Bengkulu ke Vietnam