Corona di Sumsel

Pandemi di Sumsel Belum Selesai, Wastafel Lawan Covid di Tempat Umum Jadi Tempat Sampah

Ditambahkannya, selain air tidak ada dari wadah penampungan air, keran semua sudah copot semua, sehingga tidak bisa berfungsi

Editor: Wawan Perdana
Tribunsumsel.com
Fasilitas protokol kesehatan cuci tangan di pasar Kota Palembang tidak lagi berfungsi karena tidak ada air, Minggu (25/4/2021). Beberapa keran sudah copot dan wastafel jadi tempat pembuangan sampah. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Di tengah kekhawatiran terhadap gelombang ketiga badai covid-19, pemerintah daerah masih abai menyediakan fasilitas protokol kesehatan di tempat umum.

Di sejumlah pasar, tedmon cuci tangan tak ada air lagi, bahkan westafel sudah jadi tempat sampah karena sudah lama tak dapat difungsikan.

Terlihat dari sejumlah alat cuci tangan yang sebelumnya tersedia di sejumlah pasar tradisional di kota Palembang.

Juru parkir di Pasar Sekip Ujung, Edi, mengatakan, di pasar tersebut sebetulnya sudah disediakan empat tempat cuci tangan di setiap pintu masuk, bantuan dari salah satu bank BUMN.

"Itu sudah sebulan lalu, baru sekali pakai langsung tidak berfungsi lagi, karena tidak ada airnya," kata Edi.

Ditambahkannya, selain air tidak ada dari wadah penampungan air, keran semua sudah copot semua, sehingga tidak bisa berfungsi.

"Coba lihat, kerannya saja sudah tidak ada. Jadi wajar saja sekarang dijadikan tempat sampah. Padahal di tempat pasar ini perlu alat cuci tangan, karena pengunjungnya padat apalagi mau Lebaran," tuturnya.

Baca juga: Vaksin di Sumsel Sudah Habis, Tinggal Untuk Dosis Kedua dan Lansia

Meski pun begitu, Edi dan rekannya sesama juru parkir di pasar tersebut memiliki inisiatif dengan menyediakan tempat pencuci tangan yang dibuat sendiri dari sebuah ember.

"Kami buat sendiri, jadilah untuk antisipasi dari virus covid-19. Tapi kalau pengunjung mau memakainya kami juga tidak keberatan, karena sama- sama untuk menjaga kesehatan," bebernya.

Serupa itu terlihat di Pasar Perumnas Sako. Di pasar yang cukup luas dan padat ini tidak terlihat tempat cuci tangan yang disediakan pengelolah pasar. Padahal pedagang dan pengunjung sangat padat.

Berbeda dengan pasar tradisional di KM 5, terlihat pengelola pasar menyediakan tempat cuci tangan di setiap pintu masuk, dan masih berfungsi.

Pengunjung pasar mengaku sudah tidak pedulikan berbelanja harus melakukan prokes cuci tangan. "Bagaimana mau cuci tangan, tempatnya saja tidak berfungsi. Jadi mau apalagi," ungkap Sri.

Ibu tiga anak ini pun menyayangkan ketegasan pemerintah daerah, karena selama ini dia nilai cenderung hanya pencitraan dan tidak memikirkan kesehatan warganya.

Sementara pedagang yang tidak menggunakan masker mengaku gerah dan susah bernapas. "Tapi kalau ada pembeli, saya pakai masker," kata Dedi.

Dirut Perumda Pasar Palembang Jaya, Abdul Rizal, yang dihubungi ponselnya kemarin, belum merespon.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved