Cerita Mahasiswa Indonesia di India, Covid-19 Mengganas, Ambulans Berlalu-lalang, RS Kewalahan
Rumah sakit mulai kewalahan, tersiar kabar penjarahan tabung oksigen, dampak masyarakat abai terhadap protokol kesehatan
Perasaan seperti ini ia perkirakan menjadi penyebab masyarakat tak lagi patuh sepenuhnya melaksanakan protokol kesehatan.
"Saya pernah ke daerah Jakhal di Haryana, itu tak ada warga yang memakai masker," kata Agoes.
Di tengah naiknya angka kasus, Agoes dan para mahasiswa Indonesia di India mengintensifkan komunikasi melalui grup WhatsApp.
"Kami berbagi informasi, mengingatkan bahwa keadaan sekarang sulit dan kita semua harus waspada, terutama di wilayah-wilayah episentrum, seperti di New Delhi, Kerala, Karnataka, Tamil Nadu dan Uttar Pradesh ... mereka yang ada di kawasan-kawasan itu diminta untuk hati-hati," katanya.
Informasi juga dibagikan ke warga Indonesia lain, antara lain soal jika ada warga yang menghadapi kesulitan atau terkena Covid-19 untuk memberi tahu pihak KBRI, untuk memastikan tersedia bantuan bagi warga Indonesia yang memerlukan.
Rumah sakit di Uttar Pradesh kewalahan
Pembatasan juga diterapkan oleh pemerintah di negara bagian Uttar Pradesh. Mahasiswi Indonesia di Lucknow, ibu kota negara bagian, Ayu Andriyaningsih, mengatakan warga diwajibkan berada di rumah.
"Terasa sekali ketika lockdown diberlakukan ... jauh lebih sepi. Alhamdulillah, di sini masyarakat taat," kata Ayu.
"Masyarakat tidak keluar rumah, kecuali untuk urusan atau alasan yang valid ... jadi kalau lockdown terasa sekali sepinya," imbuh Ayu.
"Tak ada orang di jalan, kebetulan asrama saya di dekat kalan raya," katanya. Uttar Pradesh, negara bagian dengan populasi 240 juta jiwa, sangat terdampak pandemi.
Sejak pandemi bermula, tercatat lebih dari 851.000 kasus di negara bagian ini dengan angka kematian setidaknya 9.800 orang.
Rumah-rumah sakit menolak pasien karena sudah tidak ada tempat tidur, sementara kremasi jenazah seakan tak akan pernah berhenti.
"Pernah dalam satu hari, kasus bertambah sekitar 30.000 jadi mungkin rumah sakit kewalahan," kata Ayu.
"Saya sendiri merasa antara stres tidak stres ... sekarang kami juga puasa, kemudian dalam posisi dikurung dengan situasi seperti ini, jadi kami misalnya susah cari bahan makanan. Sekarang ini susah mencari sayur segar," kata Ayu.
"Kadang ada vendor (pedagang) yang datang ke asrama, tapi kan tidak semuanya 100 persen segar," katanya. Ia mengakui dirinya sangat khawatir dengan pandemi yang memburuk.