Berita Muratara

Melihat Desa Bumi Makmur Muratara, Swadaya Bangun Pasar Senilai Rp 4,7 Miliar

Desa Bumi Makmur mendapatkan predikat desa maju oleh Kemendesa. Apa yang menjadi penyebab desa transmigrasi itu mendapat predikat itu?

Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Yohanes Tri Nugroho
TRIBUNSUMSEL.COM/RAHMAT
Desa Bumi Makmur, Kecamatan Nibung, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara). Desa ini mendapatkan predikat desa maju dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia. 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Rahmat Aizullah 

TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA - Desa Bumi Makmur adalah salah satu desa di Kecamatan Nibung, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara). 

Desa yang dihuni mayoritas orang Suku Jawa ini merupakan desa transmigrasi sejak tahun 1986. 

Kini desa tersebut telah ditetapkan sebagai desa maju oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa) Republik Indonesia. 

Sebelumnya desa dengan jumlah penduduk sekira 8.000 jiwa ini berstatus sebagai desa tertinggal lalu meningkat menjadi berkembang.

Untuk menuju ke desa ini harus menempuh perjalanan selama dua jam lebih dari ibukota Kabupaten Muratara, Muara Rupit. 

Akses jalannya masih bebatuan namun sebagian sudah diaspal dan dibangun beton oleh pemerintah.

Baca juga: Dua Hari Diperbaiki, Jalan Poros Nibung-Rawas Ilir Muratara Kembali Sulit Dilewati Kendaraan

Pantauan Tribunsumsel.com, Minggu (11/4/2021), kondisi desa ini tampak biasa seperti desa-desa lainnya. 

Infrastruktur jalan dalam desa pun masih berbatuan dan sebagian sudah diaspal namun ada beberapa titik yang rusak. 

Rumah-rumah penduduk di desa dengan 1.800 kepala keluarga (KK) ini juga terlihat biasa seperti pada umumnya. 

Lantas apa yang membuat desa ini ditetapkan sebagai desa maju oleh pemerintah pusat? 

Usut punya usut, masyarakat di desa ini terkenal kompak dalam membangun desa secara swadaya tanpa bantuan pemerintah. 

Masyarakatnya yang mayoritas bekerja sebagai petani karet atau sawit rata-rata sudah sejahtera dan mapan. 

Baca juga: Jelang Puasa Ramadan Harga Bahan Pokok Rata-rata Naik di Muratara, Harga Ikan Teri pun Melonjak

Meskipun banyak pula penduduknya dengan kondisi di bawah garis kemiskinan. 

"Tapi rata-rata ya, ekonomi masyarakat sini sudah mapan, anak-anak mereka banyak yang sudah jadi sarjana dari hasil karet dan sawit," kata Kepala Desa Bumi Makmur, Yatno. 

Selain itu, kelebihan dari desanya adalah kekompakan dan budaya gotong-royong yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.

Mereka bahu-membahu membangun desa seolah tanpa mengharapkan bantuan pemerintah.

"Sebenarnya bukan kita tidak butuh bantuan pemerintah, kita sangat butuh, masih banyak yang belum dibangun, cuma swadaya masyarakat kami sangat tinggi," kata Yatno.

Karena kekompakan itu, kata dia, desa yang dipimpinnya pernah mendapat prestasi Juara III tingkat nasional. 

Yatno mencontohkan salah satu kekompakan masyarakat di desa itu adalah membangun pasar secara swadaya. 

"Contoh bangun pasar, miliaran itu, bukan pemerintah yang bangun, itu swadaya masyarakat, luar biasa memang masyarakat sini," katanya.

Yatno menambahkan, dengan ditetapkannya sebagai desa maju maka pembangunan dari segala bidang juga harus semakin maju.

Baca juga: Kronologi dan Motif Pembunuhan Tobor di Muratara, Keluarga Minta Polisi Maksimal Tangkap Pelaku

Meskipun lanjutnya, ada dampak dari ditetapkannya sebagai desa maju adalah berkurangnya kucuran Dana Desa. 

"Dulu Dana Desa kami 1,3 miliar, setalah jadi desa maju malah berkurang, padahal dari segi infrastruktur masih jauh," katanya. 

Tadi malam, Pemerintah Desa Bumi Makmur menggelar diskusi dengan para tokoh, merajut kebersamaan dalam pembangunan desa.

Tujuan mereka duduk bersama untuk terus menggalakkan swadaya masyarakat, terutama dalam membangun di dusun masing-masing.

"Karena kita sudah ditetapkan sebagai desa maju, jadi semuanya harus maju, baik infrastrukturnya, pendidikannya, maupun ekonomi kerakyatannya," ujar Yatno.

Tokoh masyarakat Desa Bumi Makmur, Anto mengungkapkan karakteristik desanya memang membangun desa bersama masyarakat.

Itu dibuktikan dengan beberapa pembangunan di desa dilakukan dengan swadaya masyarakat tanpa sentuhan pemerintah.

"Bangun pasar, masjid, mushola, parit, balai desa, pos polisi, itu swadaya masyarakat, gotong-royong, masyarakat sini memang kompak," katanya.

Anto mencontohkan pembangunan pasar tradisional di Desa Bumi Makmur terlaksana berkat kekompakan dan gotong-royong masyarakat. 

Pasar tersebut dibangun pada tahun 2011 silam di atas lahan yang memiliki sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB). \

Baca juga: Viral Video Wanita Dibegal di Jalinsum Muratara, Polisi: Silahkan Melapor

Ada sebanyak 68 unit rumah toko (ruko) dengan bentuk yang sama berukuran 4x11 meter dan beberapa lapak tempat berjualan. 

Biaya dari seluruh pembangunan pasar secara swadaya masyarakat tersebut diperkirakan mencapai Rp 4,7 miliar. 

"Mau nunggu pemerintah yang bangun entah kapan Mas, jadi masyarakat secara swadaya bangun sendiri," kata Anto. 

Dia menyebutkan pasar di Desa Bumi Makmur masih bersifat pasar kalangan yang dilaksanakan sepekan sekali setiap hari Senin. 

Anto menambahkan, Desa Bumi Makmur juga sudah memiliki pasar ternak satu-satunya di Kabupaten Muratara.

Pasar ternak tersebut dibangun menggunakan Dana Desa dan kini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Bumi Makmur.

"Untuk ternak yang dipasarkan di sini seperti ayam, bebek, kambing, sapi, kerbau, kedepan akan terus ditingkatkan," katanya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved