Berita Musirawas
Cerita Ania Trisna Komisioner KPU Musirawas, Saat Pilkada Bawa Kasur ke Kantor KPU, Korban Perasaan
Beban seorang perempuan di politik itu luar biasa setelah dijalani. Banyak yang dikorbankan, perasaan, berangkat pagi buta, kadang tidak pulang.
TRIBUNSUMSEL,COM, MUSIRAWAS - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Musirawas telah selesai. Suasana di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Musirawas yang sebelumnya sangat padat kini berangsur longgar.
Para komisioner yang sebelumnya sangat sibuk kini juga mulai santai. Seluruh tahapan pilkada sudah selesai dilaksanakan.
Hiruk pikuk pilkada menyisakan beragam kisah dari para komisioner KPU Musirawas. Salah satunya adalah Ania Trisna, satu-satunya komisioner perempuan dari lima komisioner KPU Musirawas yang bertugas di Divisi Hukum.
Di sela acara tasyakuran dan doa bersama di Kantor KPU Musirawas, Sabtu (27/2/2021), Ania Trisna menuturkan pengalamannya selama menyelenggarakan pilkada Kabupaten Musirawas yang baru usai.
"Banyak sekali pengalaman dan hikmah yang dapat dipetik selaku penyelenggara pilkada, khususnya di Pilkada Musirawas ini. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar, aman dan sukses," kata Ania Trisna.
Diceritakan, dia baru pertama kali ini jadi penyelenggara pemilu. Sebelumnya dia merupakan dosen Sospol di Unmura dan pengacara Posbakum di Lubuklinggau. Masuk ke ranah penyelenggara pemilu, dirasakan berbeda dengan latar belakangnya selama ini. Baik dari sisi pekerjaan, maupun dari tekanan psikis (politis) yang dialami.
"Beban seorang perempuan di politik itu luar biasa setelah dijalani. Banyak yang dikorbankan, perasaan, berangkat pagi buta, kadang tidak pulang, begadang dan tidur di ruangan, dengan alas seadanya, diatas kursi di ruangan," kata Ania Trisna.
"Bahkan saya pernah sempat bawak kasur dari rumah ke ruangan saya. Persiapan kalau tidur di kantor. Kadang pulang dari kegiatan di Palembang, tidak langsung pulang ke rumah, tapi tidur di kantor KPU. Awalnya susah memang, tapi setelah dijalani, hikmahnya bisa lebih dewasa berpikir, sabar, ngadepin apapun itu, ikhlas," sambungnya.
Namun kata Ania, meski kesibukan sangat menyita waktu, sehingga nyaris tak ada waktu untuk keluarga. Tapi suami dan keluarganya sudah komitmen. Dia juga sudah sudah menebalkan perasaan, berkorban untuk tidak bisa bercengkrama dengan anak-anak dan keluarga seperti biasanya. Memang itulah resikonya jadi penyelenggara pemilu.
"Kedekatan dengan anak-anak hampir tidak ada waktu. Ini saja baru pulang dari Palembang sampai subuh tadi, anak masih tidur. Bangun pagi, di rumah hanya setengah jam, sayang-sayang anak sebentar langsung ke kantor lagi, itulah perjuangannya," katanya.
Apalagi kata Ania Trisna, pilkada kali ini berlangsung ditengah pandemi covid 19. Setiap kegiatan dibatasi protokol kesehatan yang sudah ditentukan. Sehingga, dia tidak bisa leluasa mengajak anaknya ke kantor. "Dimasa pandemi kita mau bawa anak tidak mungkin," katanya.
Dikatakan Ania, selama menjadi komisioner KPU, dia mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan kenal banyak orang. Mulai dari aparatur pemerintah, TNI - Polri, partai politik, akademisi, LSM, wartawan dan beragam orang dengan latar belakang lainnya. Karena kegiatan selama tahapan pilkada membuatnya harus berinteraksi dengan banyak orang. Termasuk dengan penyelenggara ditingkat kecamatan dan desa.
"Hikmahnya ya kita jadi kenal banyak orang, dapat banyak kawan. Kita juga bisa lebih dekat dengan mereka, beda ketika saya jadi dosen atau pengacara," pungkasnya. (ahmad farozi)