Kisah Leli Haini Mantan Atlet Dayung Berpestasi yang Berencana Jual Medali untuk Sembuhkan Anak

“Kalau pakai baju tidak bisa lama-lama. Kulitnya menempel di baju dan luka,” kata Leni saat mengantar Kompas.com mengunjungi kamar.

Editor: Weni Wahyuny
KOMPAS.COM/JAKA HB
Leni Haini (44) selaku salah seorang atlet dayung Provinsi Jambi yang sudah menorehkan banyak prestasi internasional kembali viral di sosial media beberapa waktu lalu. Dia hampir menjual semua medalinya karena kondisi ekonomi keluarga dan anaknya yang sakit. Namun, manusia dapat mengubah arah hidupnya dalam kondisi tertentu. 

Hanya saja, Ikhsan tak ikut sampai kejuaraan internasional.

“Bagi Bapak (Ikhsan), olahraga dayung itu untuk kesehatan fisik,” kata dia.

Sejak itu, ibu dan suaminya mendukung pertandingan-pertandingan yang diikuti Leni.
Kulit anak melepuh jika terkena matahari

Leni bercerita anak bungsunya, Habibatul Pasehah memiliki kulit yang rapuh dan mudah terluka.

Saat Kompas.com berkunjung di rumahnya, Habibah sedang sibuk nonton YouTube dari layar ponsel.

Di bawah televisi yang menyala, terlihat obat-obatan untuk Habibah.

Beberapa bagian tubuh Habibah juga terlihat terluka.

Untuk menjaga kondisi kulit anak bungsunya, Leni selalu menghidupkan pendingin ruangan.

Selain kulit melepuh jika terkena matahari, jari-jari tangan Habibah menyatu oleh kulit yang tumbuh di sela-sela jarinya.

Leni kemudian mengeluarkan lukisan milik Habibah yang ia simpan di lantai dua rumahnya.

“Ini gambar kebakaran hutan, waktu itu setelah Habibah melihat berita kebakaran hutan di televisi,” kata Leni.

Kepada sang ibu, Habibah meyakikan jika dirinya dalam keadaan baik-baik saja.

Dari postingan Instagram @Kemunitaspds5 yang merekam kegiatan-kegiatan komunitas peduli Danau Sipin, terselip beberapa foto Habibah.

Salah satunya memegang foto Jokowi dengan caption, idola Dede.

Dalam catatan Kompas.com, Leni sempat membawa anaknya berobat di Jakarta pada 2012, setelah pemberitaan mengenai kondisi ekonominya yang terpuruk pada saat itu.

Rekan-rekan atlet dayung yang dulu ikut keliling dunia hadir di Jakarta waktu itu dan Leni terharu mengingat hal itu.

Selain itu Leni mengaku setiap kali dia mendengar lagu kebangsaan, hatinya bergetar dan ia meneteskan air mata.

Dia ingat bagaimana usaha-usaha mendapatkan medali dan bagaimana pentingnya kehidupan anak-anak di masa mendatang.

Ada semacam nasionalisme pribadi yang menjadi prinsip Leni.

Prinsip ini lah yang membuatnya tak gentar menjalani kegiatannya.

“Kalau saya belum dikehendaki mati, saya belum akan mati. Semua kehendak Allah,” kata Leni.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sempat Jadi Buruh Cuci, Mantan Atlet Dayung Jambi Berencana Jual Medali karena Anak Sakit, Ini Ceritanya"

Sumber: Kompas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved