Virus Covid-19 Bisa Turunkan Kualitas Sperma pada Pria ? Ini Kata Para Ahli

Studi menemukan adanya penurunan kualitas air mani yang signifikan hingga 60 hari setelah sakit.

Editor: Weni Wahyuny
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi sperma 

"Meskipun efek ini cenderung meningkat dari waktu ke waktu, namun tetap secara signifikan dan abnormal lebih tinggi pada pasien Covid-19, dan besarnya perubahan ini juga terkait dengan tingkat keparahan penyakit," lanjut dia.

Meski penemuan ini mengkhawatirkan, para ilmuwan lainnya menginginkan lebih banyak penelitian dan bukti jangka panjang tentang efek nyata Covid-19 pada kesuburan.

Catatan ahli

Dituliskan Medscape, kesuburan pria dipengaruhi oleh demam karena testis tidak dapat berfungsi dengan baik pada suhu internal yang tinggi.

Seperti diketahui, demam menjadi salah satu gejala paling umum dari virus corona, sehingga tautan ini dapat menjelaskan beberapa kerusakan yang terlihat dalam penelitian.

Meski demikian, seringkali kerusakan dapat berkurang seiring waktu.

"Telah didokumentasikan dengan baik bahwa perubahan yang merugikan sering terlihat setelah penyakit sistemik dengan pemulihan biasanya memakan waktu setidaknya 3 bulan," ujar Profesor Alison Murdoch, seorang ahli kesuburan di Newcastle University.

"Seperti yang diakui penulis, temuan mereka mungkin merupakan respons yang tidak spesifik," lanjut dia.

Murdoch menambahkan, diperlukan penelitian jangka panjang sebelum testis dianggap sebagai organ berisiko tinggi khusus untuk Covid-19.

Menurut dia, penting dicatat bahwa tidak ada bukti virus Covid-19 dalam air mani dan belum ada bukti virus dapat ditularkan melalui air mani.

Kekhawatiran para ahli

Sejak dimulainya pandemi Covid-19, muncul kekhawatiran tentang dampak virus corona pada kesuburan pria yang terinfeksi.

Allan Pacey, seorang profesor andrologi di The University of Sheffield di South Yorkshire, Inggris yang telah meninjau sekitar 14 studi yang diterbitkan tentang topik tersebut, menyimpulkan bahwa efek corona virus yang dapat diukur pada kesuburan pria kemungkinan hanya sedikit dan sementara.

Temuan penelitian ini, menurut dia, bisa jadi karena faktor lain, seperti penggunaan obat untuk mengobati virus, yang juga diakui penulis dalam penelitian tersebut.

"Oleh karena itu, yang saya lihat dalam kumpulan data ini adalah kemungkinan perbedaan kualitas sperma antara pria yang sakit demam dan mereka yang sehat. Kami sudah tahu bahwa penyakit demam dapat berdampak pada produksi sperma, apa pun penyebabnya," kata Pacey.

Halaman
123
Sumber: Kompas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved