Sudah Dua Hari  Stok Cabai Merah Di Lubuklinggau Putus, Harga Merangkak Naik

Sejak dua hari terakhir para emak-emak di Kota Lubuklinggau Sumatra Selatan mengeluhkan langkanya cabai merah di sejumlah pasar tradisional.

Penulis: Eko Hepronis | Editor: Prawira Maulana
Sripo/ Leni Juwita
Cabai merah. 

TRIBUNSUMSEL.COM, LUBUKLINGGAU - Sejak dua hari terakhir para emak-emak di Kota Lubuklinggau Sumatra Selatan mengeluhkan langkanya cabai merah di sejumlah pasar tradisional.

Pantauan di Pasar Inpres Kota Lubuklinggau lapak-lapak pedagang yang selama ini biasa menjual cabai merah kini tak terlihat berjualan cabai merah lagi.

Hanya ada satu dua pedagang yang masih menjual cabai merah dan itu pun tidak sebanyak biasanya, bahkan, cabai yang mereka jual pun tidak sebagus biasanya.

Dama salah satu pengunjung Pasar Inpres mengaku, telah berkeliling di Pasar Inpres mencari cabai merah. Namun, ia hanya menemukan dua pedagang yang menjual cabai merah.

"Biasanya dari awal masuk pasar sudah banyak pedagang berjualan, tapi hari ini hanya ada dua pedagang yang jualan, cabainya juga agak kurang bagus," kata Dama pada wartawan, Sabtu (30/1/2021)

Ia menambahkan, selain pilihannya hanya sedikit, harga cabai yang dijual oleh pedagang pun jauh lebih mahal dari pada biasanya, saat ini harga cabai merah di kota ini mencapai Rp. 60 ribu per kilogram.

"Terpaksa ngurangi pembelian, rencana mau beli 1/2 Kg akhirnya
beli 1/4 Kg saja, ditambah cabai setan dengan cabai rawit juga jualanya sedikit," ungkapnya.

Nur pedagang cabai mengaku, kosongnya pasokan cabai di Kota Lubuklinggau sudah terjadi sejak tiga hari terakhir, semenjak tidak adanya kiriman cabai dari Curup Bengkulu.

"Sudah tiga hari ini cabai dari Curup sedikit masuk ke Linggau, karena katanya banyak petani gagal panen karena musim penghujan, jadi cabai banyak busuk," ujarnya.

Diperparah, sejak pandemi Covid-19 kemarin banyak petani di Curup alih fungsi tanam, semula mereka menanam cabai merah beralih menanam jahe, karena saat itu harga jahe melambung tinggi.

"Sudah sedikit yang nanam cabai banyak gagal lagu. Jadi wajar hanya sedikit yang jualan, barangnya tidak ada, cabai yang saya jual ini juga cabai beberapa hari lalu," ungkapnya.

Menanggapi langkanya cabai di Kota Lubuklinggau, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disdagrin), Surya Darma meminta masyarakat untuk mengurangi konsumsi makan cabai.

"Kalau cabai tinggi kami imbau masyarakat kurangi dulu makan cabai," ujarnya.

Ia mengatakan asal cabai yang dijual di Lubuklinggau saat ini rata-rata dari Curup Provinsi Bengkulu, dan sejauh ini di Kota Lubuklinggau belum terlalu bergejolak hingga sampai -sampai warga ngeluh.

"Seperti contoh harga daging sapi sampai-sampai nasional kemarin, termasuk bila harga daging sapi naik, konsumsi dulu, ayam ikan," katanya.

Ia berujar Disdagrin Lubuklinggau setiap hari melakukan pemantauan harga-harga di seluruh pasar di Lubuklinggau dan untuk mengupdate harga-harga.

"Hasilnya sampai sejauh ini tidak ada kenaikan yang signifikan, hampir rata-rata sama saja dengan sebelumnya," ujarnya.

Menurutnya kenaikan barang merupakan saat ini fluktuasi harga, seperti contohnya kebutuhan pokok utama beras, bila terus mengalami kenaikan berminggu-minggu maka Disdagrin akan melakukan intervensi pasar.

"Termasuk juga minyak bila goreng naik, pasti ada operasi pasar, sekarang  kan disamping daya beli masyarakat menurun karena Covid-19 harga juga naik," ungkapnya.

Sementara di tempat lainnya seperti di Jawa contohnya, harga telur di Jawa hanya Rp. 20 ribu perkarpet, bahkan sampai dibuang-buang, Sedangkan di Lubuklinggau sekarang harga telur tembus Rp. 45 ribu.

"Kita di Linggau tidak pernah sampai sejauh ini, artinya apa ada harga komoditas itu turun dan malah ditempat lain justeru naik dua kali lipat," tambahnya.  (Joy)  

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved