Mengenang Aksi Riyanto Banser, Meninggal Oleh Ledakan Bom saat Menjaga Gereja 20 Tahun Lalu

Aksi heroik Riyanto 20 tahun lalu masih dikenang. Namanya menjadi trending penelurusan Google dan trending topik Twitter, Jumat (25/12/2020)

Editor: Wawan Perdana
Istimewa
Aksi heroik Riyanto 20 tahun lalu masih dikenang. Namanya menjadi trending penelurusan Google dan trending topik Twitter, Jumat (25/12/2020) 

TRIBUNSUMSEL.COM, MOJOKERTO-Peristiwa 20 tahun lalu masih diingat jelas oleh warga Mojokerto, Jawa Timur.

Pada saat malam natal, seorang anggota Banser bernama Riyanto gugur saat bantu pengamanan gereja.

Aksi heroik Riyanto 20 tahun lalu masih dikenang. Namanya menjadi trending penelurusan Google dan trending topik Twitter, Jumat (25/12/2020).

Hingga pukul 15.20 WIB, kata "Riyanto" telah dibicarakan sebanyak 6.527 kali dan menjadi salah satu trending di Twitter.

Sedangkan di penelurusan Google hingga sore tadi, telah ditelusuri lebih dari 10 ribu kali.

Akun Jaringan Gusdurian @GUSDURians, misalnya, mengunggah sebuah video yang berisi seputar Riyanto.

Setiap tanggal 24 Desember selalu ingat Riyanto, anggota Banser yang wafat saat sedang mengamankan pelaksanaan Natal 20 tahun yang lalu.

Ia wafat terkena ledakan bom saat berusaha menjauhkan bom itu dari gereja Eben Haezer, Mojokerto.

Pada 24 Desember 2020, merupakan 20 tahun kepergian Riyanto.

Buang Tas Berisi Bom

Harian Kompas, 26 Desember 2000 memberitakan, insiden di Mojokerto itu merupakan rangkaian serangan bom yang terjadi di beberapa kota pada malam Natal 2020.

Di Mojokerto, ada tiga gereja yang diguncang ledakan bom malam itu.

Tiga gereja itu adalah Gereja Eben Haezar di Jalan Kartini, Gereja Pantekosta Allah Baik di Jalan HOS Cokroaminoto, dan Gereja Santo Yosef di Jalan Pemuda.

Saat itu, Riyanto yang berusia 25 tahun bertugas untuk menjaga Gereja Eben Haezar.

Ledakan di ketiga tempat tersebut terjadi pada saat yang hampir bersamaan, yaitu antara pukul 20.30 dan pukul 20.45 WIB.

Ledakan di Gereja Eben Haezar terjadi dua kali.

Menurut Steven, pengurus gereja tersebut, kebaktian usai kira-kira pukul 19.30 WIB.

Beberapa saat setelah kebaktian usai, seorang anggota Banser menemukan tas berisi bom di depan gereja.

Tas tersebut diletakkan di boks telepon umum.

Tas ini kemudian dibuang oleh Riyanto ke selokan di seberang Gereja Eben Haezar.

Saat dibuang, bom dalam tas tersebut meledak hingga menyebabkan Riyanto tewas.

Tubuhnya terlempar puluhan meter ke belakang gereja.

Selain Riyanto, dua korban lain akibat ledakan di depan Gereja Eben Haezar luka-luka.

Para pengurus gereja lalu mencurigai sebuah tas tanpa pemilik yang masih tergeletak di dalam gereja.

Menurut Steven, tas tersebut lalu dilempar ke selokan yang sama.

Kurang dari lima menit kemudian terjadi ledakan lagi, namun ledakan kedua ini lebih kecil kekuatannya dibanding ledakan pertama.

Kepergian Riyanto itu pun terus dikenang hingga saat ini.
Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur bahkan menyebut Riyanto sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan.

"Riyanto telah menunjukkah diri sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan. Semoga dia mendapatkan imbalan sesuai pengorbanannya," kata Gus Dur, dikutup dari laman resmi NU.

Namanya juga dijadikan sebagai nama jalan di Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, dikutip dari Harian Kompas, 30 Januari 2015.

Pemerintah Kota Mojokerto juga membangun gapura megah di Jalan Riyanto itu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trending di Twitter, Mengenang 20 Tahun Kepergian Riyanto"

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved