Harga Karet Kering Desember, Kadar 100 Hingga yang Terkecil 40 Persen di Sumsel Cenderung Stabil

Di hari ini harga karet di Sumsel kadar 100 persen Rp.18.894/kilogram. Demikian pula kadar 70,60, 50 dan 40 persen relatif stabil.

TRIBUNSUMSEL.COM/NANDO
Kebun karet milik Naryatmo warga Desa Sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya Ogan Komering Ilir (OKI). Harga Karet di Sumsel beberapa bulan terakhir relatif stabil. Harga Karet Kering 100 persen berada di angka Rp 18 ribu lebih perkilogram 

TRIBUNSUMSEL, KAYUAGUNG --Sejauh ini harga karet yang dirasakan hampir menyeluruh masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan, termasuk di Bumi Bende Seguguk Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) terhitung masih stabil.

Sesuai dengan harga kadar karet kering (K3) selama satu pekan terakhir seperti yang disampaikan Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kabupaten OKI, Aris Panani melalui Kepala Bidang Penyuluhan Pengolahan dan Pemasaran, Zulkarnain, Kamis (10/12/2020) sore.

"Alhamdulillah dari minggu ke minggunya harga karet kita tetap stabil diangka 18.207,- perkilo untuk kadar kering 100 persen," jelasnya ketika ditemui di ruang kerjanya.

Dilanjutkannya, informasi harga tersebut berdasarkan data Singapore Commodity yang diolah Dinas Perdagangan Sumsel bersama Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel.

"Harga di hari Selasa (8/12) kemarin untuk kadar 100 persen berada diangka Rp. 18.894/kilogram, dan kadar terkecil 40 persen adalah Rp. 7.558,"

"Sementara untuk hari ini (Kamis)  mengalami sedikit penurunan untuk harga kadar 100 persen Rp. 18.207, lalu kadar 70 persen Rp. 12.745, dan kadar 60 persen Rp. 10.943 sedangkan, kemudian kadar 50 persen yakni Rp. 9.447 dan kadar terkecil 40 persen yakni Rp. 7.283/kilogramnya," terangnya.

Dikatakan lebih lanjut, angka tersebut masih cukup stabil sejak bulan Oktober 2020. Dan diprediksi pada tahun depan masih akan mengalami peningkatan.

"Karena saingan negara Thailand pemasok bahan baku ekspor karet sedang dilanda banjir bandang, jadi sementara ini negara kita lah yang menjadi pemasok utamanya. Jadi untuk harganya kemungkinan masih akan meningkat di tahun depan," kata Zulkarnain.

Ia pun mengungkapkan, dengan adanya Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) di Kabupaten OKI, membuat harga karet dapat terkontrol dan menjadikan harga stabil. 

Sehingga kelompok tani karet tidak dirugikan, dimana biasanya sebelum ada UPPB kelompok tani karet menjual kepada tengkulak dengan harga rendah.

"Harga berangsur naik untuk di Kabupaten OKI berkat kinerja UPPB dalam kegiatan lelang mingguan karet di tingkat kelompok petani. Insya Allah dapat terus membaik melalui penetapan harga yang seragam dari pembelian saat lelang di UPPB," ungkapnya.

Dengan begitu, Disbunnak akan meningkatkan target untuk memperbanyak program UPPB di Bumi Bende Seguguk tahun 2021 mendatang. 

"Saat ini baru ada 5 UPPB yang terbentuk, target untuk tahun depan diharuskan menambah sekitar 10 kelompok tani UPPB. Agar harga karet di seluruh wilayah menjadi sama," tegasnya.

Sementara itu, Naryatmo warga Desa Sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya sangat senang dengan harga karet yang terus merangkak naik.

"Terakhir saya menjual karet kering sudah menyentuh angka Rp. 9.800 per kilogram, dengan begitu saya juga lebih giat lagi memberi pupuk dan mengurus kebun karet agar getah yang dihasilkan lebih banyak lagi," kata Petani.

"Tentunya kita mengharapkan selain harga meningkat, pemerintah juga memperhatikan petani untuk kualitas karet supaya harga lebih mahal lagi," tambahnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved