GEGER Jejak Hewan Misterius di Jalur Evakuasi Gunung Merapi, Dipastikan Bukan Macan Tutul
Pihaknya telah melakukan pengecekan langsung bersama dengan Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) dan melakukan analisa jejak tersebut.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhai
TRIBUNSUMSEL.COM, SLEMAN - Geger ada jejak hewan liar di Dusun Ngancar Desa Glagaharjo Kecamatan Cangkringan Sleman
Balai Taman Nasional Gunung Merapi mengecek langsung sepanjang jalur evakuasi di Ruas Suruh-Singlar, Cangkringan, Sleman.
Warga bersepekulasi jejak tersebut adalah jejak macan tutul.
Kepala Balai TNGM, Pujiati menegaskan jejak tersebut bukan dari macan tutul melainkan jejak anjing.
Pihaknya telah melakukan pengecekan langsung bersama dengan Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) dan melakukan analisa jejak tersebut.
Baca juga: TERJAWAB Alasan Mengapa Ada Anggota DPR yang Tidur saat Rapat, Dede Yusuf Beri Gambaran Besaran Gaji
Baca juga: LAGI, Karni Ilyas Diprotes karena Tema ILC Malam Ini, Minta Presiden ILC Bahas Soal Baliho Dicopot
Baca juga: Video ABG Tanpa Busana 2,19 Menit Beredar, Ngaku Dapat Untung Rp8 Juta, Fakta Lain Terbongkar
"Tadi kami ke sana (jalur evakuasi) bersama PEH yang memang biasa berurusan dengan macan tutul.
Jadi dia (PEH) juga sering ikut kegiatan monitoring macan tutul dan lain-lain. Bahwa itu jelas jejak anjing,"tegasnya, Selasa (24/11/2020).
"Karena kalau jenis-jenis kucing macam kucing hutan, kucing rumah, macan itu kalau berjalan kukunya selalu diumpetin tidak mungkin keluar,"sambungnya.
Sedangkan jejak yang ada di jalur evakuasi terdapat kuku.
Selain kuku, bantalan kaki tiga pada jejak tersebut juga menunjukkan bahwa jejak yang menempel di jalur evakuasi adalah jejak anjing.
Baca juga: VIRAL Pedagang Masukkan Lagi Bakso yang Tak Habis Dimakan Pembeli ke Dalam Dandang Jualan
Baca juga: NASIB Praka Martin setelah Mutilasi Istri Demi Selingkuhan, Dipecat dari TNI hingga Divonis 20 Tahun

"Kalau macan itu dia cenderung agak membulat atau lonjong sedikit.
Itu penjelasan dari PEH kami. Jelas itu jejak anjing,"terangnya.
Pujiati menerangkan jejak macan tutul terakhir terlihat pada tahun 2012.
Pihaknya masih menemukan jejak atau cakarnya di Gunung Bibi di daerah Boyolali atau di Plawangan di Sleman.
Namun setelah 2012, sudah tidak ada lagi bekas cakar, termasuk bentuk fisik macan sekalipun.
"Makanya kami minta agar dipasang kamera trap di beberapa tempat.
Ada 40 kamera trap yang kami pasang selama tiga bulan, itupun kami tidak mendapat macan tutul.
Tapi kami mendapatkan kijang lumayan banyak," ujarnya.
Guguran Lava
Dikutip dari Kompas.com, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG) Yogyakarta menjelaskan soal guguran lava yang terjadi pada Minggu (22/11/2020).
Guguran yang terjadi pada pukul 06.50 WIB itu merupakan lava sisa erupsi Merapi pada tahun 1954.
Terjadi saat peningkatan aktivitas vulkanik

Berdasar penjelasan Kepala BPPTKG Hanik Humaida, peristiwa itu normal terjadi di saat aktivitas Merapi tengah mengalami peningkatan.
"Guguran seperti ini merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mematuhi rekomendasi dari BPPTKG serta arahan dari BPBD dan pemerintah daerah setempat," ujar Hanik melalui keterangan tertulis, Senin (23/11/2020).
Terekam CCTV
Hanik menjelaskan, guguran pada hari Minggu (22/11) itu terekam CCTV di Desa Deles, Klaten, Jawa Tengah.
Lalu, berdasar rekaman seismograf, guguran itu tercatat memiliki amplitudo 75 milimeter dan durasi 82 detik.
Seperti diketahui, sejak status Merapi menjadi siaga (level III), BPPTKG mencatat pada periode pengamatan 22 November hingga pukul 24.00 WIB terjadi 50 gempa guguran, 81 kali gempa embusan, 342 kali gempa multifase, 41 kali gempa vulkanik dangkal, dan satu kali gempa tektonik jauh.
Radius aman
Sebagai informasi, Gunung Merapi status meningkat ke siaga (level III) pada 5 November 2020. Kenaikan status ini berdampak dengan meluasnya daerah bahaya erupsi Merapi.
Sebelumnya daerah bahaya berada dalam radius 3 kilometer dari kawah, berubah jadi 5 kilometer.
Sejumlah warga yang berada di daerah bahaya dan masuk kelompok rentan telah sebagain diungsikan.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul TNGM Pastikan Jejak Hewan di Jalur Evakuasi Adalah Jejak Anjing