Joe Biden Jadi Presiden AS, Ternyata Ini Keuntungan Indonesia Bukan Donald Trump yang Menang
Jika Joe Biden benar-benar berhasil menjadi Presiden Amerika Serikat yang baru rupanya memberi keuntungan bagi Indonesia.
Siapa yang lebih diinginkan untuk menang?
Ekonom dari Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Malik Zaini, mengatakan jika Trump kembali terpilih, dia kemungkinan akan kembali memangkas pajak seperti yang sudah dia lakukan pada periode sebelumnya.
Pada saat yang sama, stimulus fiskal yang direncanakan Trump dalam periode 2021-2024 hanya akan terbatas sekitar 334 miliar dollar AS (Rp 4,9 kuadriliun).
Sebagai konsekuensi berlanjutnya pemotongan pajak yang membuat penerimaan negara lebih rendah.
Sedangkan pesaingnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, dalam manifesto kebijakan ekonominya menegaskan akan melakukan kebijakan yang berbeda 180 derajat dengan Trump.
Seperti menaikkan berbagai macam pajak, termasuk pajak korporasi yang diperkirakan akan naik 15 persen seperti sebelum era Trump dan pajak pendapatan.
Dari sisi belanja negara, Biden yang pernah menjabat sebagai wakil presiden pada era Presiden Barack Obama berjanji memberikan stimulus fiskal yang jauh lebih besar dibanding Trump, yakni sekitar 2,5 triliun dollar AS (Rp 36,5 kuadriliun) selama periode 2021-
"Karena ekonomi Amerika merupakan 30 persen dari ekonomi dunia.
Maka, ketika AS melakukan stimulus besar pasti dampaknya akan cukup besar bagi negara emerging market, maupun di seluruh dunia," jelas Ahmad Malik.
Konsekuensi jika Trump menjadi presiden lagi, ujar Ahmad, kemungkinan pemulihan ekonomi akan jauh lebih lamban.
Namun, jika Biden yang terpilih, pemulihan ekonomi dunia akan semakin cepat.
Laporan terbaru lembaga riset Moody's Analytics memproyeksikan ekonomi AS akan tumbuh lebih tinggi jika Biden sebagai presiden AS, yakni naik 4,2 persen pada periode 2020-2014.
Sementara, jika Trump kembali terpilih, ekonomi AS diproyeksikan hanya akan tumbuh sebesar 3 persen pada periode yang sama.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi global sejak 2019 telah mengalami penurunan akibat perang dagang Amerika Serikat dengan China.
Perlambatan ekonomi pada 2020 pun diperburuk oleh menyebarnya virus corona yang saat ini telah menjangkiti 213 negara.