Wisata dan Kuliner

Memudarnya Pesona Kampung Warna-warni Lubuklinggau, Nyaris Tak Ada Wisatawan Berkunjung

Keindahan dan kebersihan warga setempat juga hanya bertahan sesaat, seiring memudarnya cat-cat yang menempel di dinding-dinding rumah-rumah warga

Penulis: Eko Hepronis | Editor: Wawan Perdana
Tribun Sumsel/ Eko Hepronis
Suasana sepi terlihat di kampung warna-warni, Kelurahan Linggau Ulu dan Kelurahan Ulak Surung, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Selasa (20/10/2020). 

TRIBUNSUMSEL.COM,LUBUKLINGGAU-Terik matahari sudah meninggi namun suasana sepi masih terlihat di kampung warna-warni, Kelurahan Linggau Ulu dan Kelurahan Ulak Surung, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

Kampung yan tadinya kumuh menjadi warna-warni ini pernah menjadi tujuan wisata baru di Lubuklinggau.

Karena keindahannya banyak wisatawan datang berkunjung.

Suasana tempat parkir kendaraan yang dulunya penuh sesak oleh pengunjung tak terlihat lagi.

Hingga siang hari tak ada satu pun pengunjung yang datang.

Lorong payung, di Gang Ogan I dan Gang Ogan II yang dulu menyajikan lukisan tiga dimensi (3D), dengan aneka gambar seperti karakter Spiderman, Hiu, Dinosaurus tak terlihat lagi.

Keindahan dan kebersihan warga setempat juga hanya bertahan sesaat, seiring memudarnya cat-cat yang menempel di dinding-dinding rumah-rumah warga.

Kini kondisi kampung ini tak lagi ramai dikunjungi wisatawan, puluhan pedagang yang dulu banyak berjualan pun sekarang sudah tak terlihat lagi.

Yuli warga setempat mengaku pengunjung sepi dirasakan warga sudah terjadi sejak dua tahun lalu.

Bahkan saat ini nyaris tidak adalagi wisatawan yang datang berkunjung.

Baca juga: Bupati OKU Timur Wajibkan Semua ASN Tes Swab, Menolak Akan Disanksi Tegas

"Ramainya cuma setahun, abis itu berangsur-angsur terus turun, sekarang hari-hari libur Sabtu dan Minggu pun tidak ada lagi pengunjung datang," ungkap Yuli pada wartawan, Selasa (20/10/2020).

Yuli mengaku, pengunjung tidak tertarik lagi datang ke kampung warna -warni karena tidak adanya inovasi baru ditambah spot-spot foto seperti dulu sudah memudar.

"Sekarang kan tidak ada tempat-tempat foto lagi, lihat saja rumah-rumah warga itu catnya banyak yang sudah pudar, mungkin itulah yang membuat pengunjung males datang, apalagi bagi yang sudah pernah datang," ujarnya.

Ia menuturkan, dulu walau pun pengunjung luar sudah jarang datang, mereka senang karena banyak pengunjung lokal khususnya Sabtu dan Minggu singgah untuk menikmati keindahan Sungai Kelingi.

"Biasanya mereka sepulang dari berolahraga seperti bersepeda singgah disini, tapi semenjak Covid-19 ini sudah tidak lagi, jadi tambah sepi," ungkapnya.

Sementara Mela seorang pedagang mengaku, warga banyak berhenti berjualan semenjak kampung warna-warni sepi pengunjung dua tahun lalu.

"Dulu hampir setiap rumah disini berjualan, berbagai macam makanan dijual disini, kemudian karena sepi pengunjung akhirnya berhenti satu persatu seperti sekarang ini," ungkapnya.

Ia bercerita, saat ramai pengunjung warga setempat sangat terbantu dengan menjadi pedagang dadakan, bahkan satu pedagang bisa mengantongi uang Rp 50 perhari.

"Apalagi Sabtu dan Minggu saat ramai kunjungan, bisa lebih, kadang bisa dapat Rp 60 -70 ribu sehari, tapi semenjak sepi yang bertahan jualan hanya orang-orang lama, yang lain kembali kepekerjaanya masing-masing," ujarnya.

Ia pun berharap kepada pemerintah Kota Lubuklinggau kembali melakukan pengecatan ulang, sehingga pengunjung yang dulu pernah datang kembali tertarik untuk kembali berkunjung.

"Kalau pengunjung ramai lagi kan, perekonomian warga daerah sini makin membaik. Banyak pengunjung pasti banyak pembeli," ungkapnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved