Berita Pendidikan
Masih Ada Wali Siswa Mengeluh Soal Sistem Belajar Daring, Pengamat: Disdik Harus Kreatif & Responsif
Meskipun saat ini pemerintah juga sudah menggelontorkan biaya yang tak sedikit dalam memberikan bantuan kuota internet gratis untuk mendukung proses b
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Berbagai persoalan harus dihadapi dunia pendidikan dalam menerapkan sistem belajar mengajar dengan metode dalam jaringan (daring) di masa pandemi Covid-19 yang masih terjadi hingga kini.
Tak hanya persolan gadget, nyatanya paket data (kuota) termasuk sinyal juga masih menjadi rintangan yang harus dihadapi oleh sebagian siswa dan otomatis turut berimbas pada wali murid.
Pengamat pendidikan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Prof Dr Abdullah Idi M.Ed mengatakan, pemerintah melalui dinas pendidikan, harus kreatif dan responsif dalam mencari solusi guna menyelesaikan persoalan yang terjadi.
• Heboh Ada Suara Dentuman Keras Misterius Didengar Warga DKI Jakarta, Ini Penjelasan BMKG
"Apapun persoalan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini, aktivitas belajar mengajar tetap harus berjalan karena hal itu menyangkut sumber daya manusia ke depan," ujarnya, Minggu (20/9/2020).
Meskipun saat ini pemerintah juga sudah menggelontorkan biaya yang tak sedikit dalam memberikan bantuan kuota internet gratis untuk mendukung proses belajar, namun nyatanya upaya tersebut belum bisa menyelesaikan persoalan di lapangan.
Faktanya, masih banyak siswa termasuk wali murid mengeluhkan terbatasnya sarana dan prasarana dalam menerapkan sistem belajar daring yang saat ini dianggap sebagai upaya dalam mencegah penularan virus corona di lingkungan sekolah.
"Bantuan pemerintah sifatnya hanya meringankan. Disinilah tugas dari dinas pendidikan, mulai yang di kota hingga masing-masing daerah. Harus dicari bagaimana langkah tepat dalam menyelesaikan persoalan," ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam menangani persoalan gadget dan kuota adalah dengan menerapkan pendekatan manual.
Ia menjelaskan, pendekatan manual dalam hal ini yakni bagi wilayah yang kesulitan sinyal internet atau banyak siswa tidak mempunyai handphone, maka sebaiknya perwakilan sekolah langsung datang ke lokasi untuk menjemput bola.
Bisa juga dengan menerapkan sekolah tatap muka beberapa kali dalam seminggu.
Di sinilah, kata Abdullah, peran aktif dari pihak sekolah yaitu guru hingga kepala sekolah sangat diperlukan.
Dengan harapan agar para siswa yang mendapat hambatan dalam menerapkan sistem belajar daring, tetap bisa mendapat pembelajaran sebagaimana mestinya.
"Tentu pendekatan manual itu harus dilakukan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Intinya pihak sekolah juga harus aktif karena sekolah adalah organisasi level terendah dari dinas pendidikan di suatu daerah," ujarnya.
Namun menurutnya, untuk mendorong semangat pihak sekolah khususnya yang berada di daerah dalam bersikap aktif saat masa pandemi ini, diperlukan adanya suatu kebijakan dari dinas pendidikan provinsi.
Misalnya dengan menerbitkan instruksi resmi sebagai penekanan bagi pihak sekolah agar bersikap aktif dalam merespon hambatan yang sekarang dihadapi siswa.