Berita Palembang

Kisah Pilu Carina 7 Tahun Tergolek Sakit, Ibunya Tak Lagi Kerja, Berharap Bantuan Pemerintah

Pilu bercampur sedih, ketika melihat kondisi Carina Rahmadani (11 tahun), yang hanya bisa tergolek tak berdaya di atas tempat tidur

Penulis: M. Ardiansyah | Editor: Wawan Perdana
Tribun Sumsel/ M Ardiansyah
Carina dan ibunya saat didatangi Tribunsumsel.com, Jumat (11/9/2020). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Pilu bercampur sedih, ketika melihat kondisi Carina Rahmadani (11 tahun), yang hanya bisa tergolek tak berdaya di atas tempat tidur.

Sejak tujuh tahun lalu, Carina mengalami penyakit miningitis.

Tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan Carina, karena memang kondisinya yang tidak bisa bergerak pasca divonis dokter penyakit miningitis.

Perekonomian keluarga ini juga semakin terpuruk, setelah sang ayah meninggal.

Sebelum meninggal, suami Yumairo waktu itu bekerja sebagai buruh di PDAM Tirta Musi.

Almarhum sewaktu itu menjadi tulang punggung keluarga dan masih bisa membawa Carina untuk selalu berobat.

Namun, sejak kepergian sang suami, Yumairo (36) memutuskan bekerja sebagai buruh penenun songket untuk menghidupi Carina dan dirinya.

Akan tetapi karena kondisi Carina yang tidak dapat berbuat apa-apa, Yumairo memutuskan untuk berhenti bekerja dan merawat anak semata wayangnya tersebut.

Temukan Baju Anaknya, Ibu Sang Bocah tak Menyangka Putranya Mandi dan Hanyut di Sungai Kelingi

Hidup di rumah papan warisan dari orangtuanya, Yumairo dan Carina hanya bisa mengharapkan belas kasihan dari para tetangga.

Saat sejumlah warga tidak mampu di Palembang mendapat bantuan dari pemerintah dari program bansos dampak Covid-19, tetapi tidak ada sedikitpun bantuan yang didapat Yumairo dan Carina.

"Sama sekali tidak ada bantuan. Katanya ada BLT, PKH atau bantuan apa yang lagi heboh sekarang. Kami tidak dapat sama sekali, hanya mengandalkan KIS untuk berobat Carina," ujar Yumairo sambil meneteskan air mata, Jumat (11/9/2020).

Memang, Yumairo tidak dapat berbuat banyak untuk menghidupi dirinya dan Carina.

Hanya bisa mengharap belas kasihan dari tetangga agar bisa bertahan hidup.

Terlebih, Yumairo terus memikirkan bagaimana anak semata wayangnya tersebut bisa sembuh dan hidup normal seperti anak pada umumnya.

Upaya Penegakan Hukum Protokol Kesehatan, Sat Pol PP Sumsel Gelar Apel Gabungan Tim Satgas

Dengan berbekalkan kartu KIS, Carina dibawa ke rumah sakit untuk berobat.

Namun, itu hanya sekedar kontrol.

Terkadang, Yumairo juga harus berpikir bagaimana ia bisa membeli obat untuk Carina.

Karena, obat yang akan diberikan ke Carina biasanya tidak ditanggung KIS.

Setidaknya, setiap bulan Yumairo harus mengeluarkan uang Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu per bulannya untuk menebus obat Carina.

Tak hanya sampai disitu, belum lagi memikirkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya dan sang anak.

"Kalau Carina bicara saja tidak bisa, apalagi yang lain. Jadi untuk makan harus disuapi, buang air besar dan kecil juga di popok. Sama seperti anak bayi yang tidak bisa apa-apa," ungkap Yumairo lirih.

Untuk makan, biasanya Yumairo membuatkan bubur bagi Carina.

Karena, Carina tidak dapat mengunyah makanan termasuk nasi.

Sehingga, harus dibuatkan bubur agar mudah ditelan.

Untuk campurannya, terkadang bila ada pemberian dari tetangga Yumairo menambahkan bubur Carina dengan wortel atau kentang.

Namun bila tidak ada uang sama sekali Yumairo hanya memberikan Carina bubur yang dibuatnya.

Dengan terus meneteskan air mata, Yumairo hanya bisa terus berdoa agar anak semata wayangnya bisa sembuh dari penyakit yang di derita saat ini.

Ia juga berharap, perhatian pemerintah terutama Pemerintah Kota Palembang agar bisa memberikan pengobatan kepada anaknya.

Karena, dengan mengandalkan KIS saat ini ia masih kesulitan untuk mengobati sang anak hingga sembuh.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved