Cerita Khas Palembang

Mengenal Sosok Aiptu M Muhtasor Polisi Sahabat Anak, Telah Membina 300 Ribu Anak TK 

Aiptu M Muhtasor dikenal sebagai sosok polisi yang supel dan sangat akrab dengan anak-anak PAUD dan TK

Penulis: Melisa Wulandari | Editor: Wawan Perdana
Tribun Sumsel/ Melisa Wulandari
Aiptu M Muhtasor dikenal sebagai sosok polisi yang supel dan sangat akrab dengan anak-anak PAUD dan TK. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Pernah mendengar polisi yang akrab dengan anak-anak, kalau di Palembang ada namanya Aiptu M Muhtasor.

Aiptu M Muhtasor dikenal sebagai sosok polisi yang supel dan sangat akrab dengan anak-anak PAUD dan TK.

Aiptu M Muhtasor merupakan sosok abdi negara inspiratif.

Seorang polisi yang bertugas di Satlantas Polrestabes Kota Palembang dan tergabung dalam Program Polantas Polisi Sahabat Anak (PSA).

Mengawali karir kepolisian di masa reformasi pada 1998, Muhtasor sapaan akrabnya ini ditugaskan membimbing dan membina empat organisasi Taman Kanak-Kanak (TK) sejak tahun 2000 lalu.

Pria kelahiran Kabupaten Brebes 14 Agustus ini telah membina 300 ribu anak TK.

Besar di Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, Muhtasor menuturkan kisah awal menjadi Polsana.

Tugas pertamanya dimulai di Sabhara Poltabes Palembang dan masuk dalam divisi pengendalian masyarakat tahun 1998.

Karena saat itu sering terjadi demo, ketika dia sedang tidak ada pekerjaan, dirinya sering diajak seniornya bernama Herpansyah Gumay, untuk mengajar anak-anak TK.

Setelah tiga tahun dirinya lalu pindah tugas ke Satlantas Polrestabes pada 2001 hingga sekarang.

"Mengajar anak-anak itu kemampuan otodidak. Yang penting ikhlas, saat bertemu anak-anak saya merasa terhibur dan lelah itu hilang seketika," terang pria lulusan SMA Negeri 1 Sekayu itu.

Meski sempat ada niatan untuk pindah tugas dan ingin berhenti mengajar anak-anak.

Dia mengungkapkan, pada akhirnya tugas bersahabat bersama mereka sudah menjadi suratan takdir.

Karena, setiap usulan pindah ada saja jawabannya tidak bisa atau ditolak.

"Selama mengajukan pindah itu ditolak atasan, sudah dua kali. Mungkin memang rezeki saya mengajar anak-anak. Posisi ini diberikan Yang Maha Kuasa," ujarnya.

Niatan untuk pindah tugas tersebut muncul lagi pada 2006.

Dirinya begitu menginginkan bekerja di SPN Betung, namun ditolak.

"Kemudian mengulang pengajuan pindah dengan mengusulkan ke Polsek SU II mendapati jawaban yang sama, yakni tidak diterima. Ya, sekarang saya nikmati saja mungkin rezekinya memang disini," katanya.

Bapak satu orang anak ini begitu setia memperkenalkan informasi terkait lalu lintas dan ilmu kepolisian kepada anak-anak sejak usia dini.

Pengabdiannya patut diacungkan jempol karena kepeduliannya sebagai anggota Polisi kepada masyarakat.

"Dalam setahun saya bisa mengajar terkait lalu lintas dan menjadi sahabat anak kepada 15 ribu murid TK. Kalau dua puluh tahun, hitung saja rata-rata totalnya," ujar pembina Polsana di Unit Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Lalu Lintas ini.

Dia mengatakan selama ini telah mengedukasi anak-anak dari institusi Aisyiyah Bustanul Athfal, TK di bawah naungan Muhammadiyah, sebagai Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) di bawah Kementrian Agama.

Serta masuk dalam Himpunan pendidik Usia Dini (HIMPAUDI) tahun 2005-2006 dan menjadi Ikatan guru taman kanak-kanak Indonesia (IGTKI).

Selain aktif menjadi pengajar anak-anak sebagai Polisi Anak (Polsana), dia juga menjadi bagian dari anggota patroli keamanan sekolah atau PKS yang mengajar untuk kelompok Pramuka Sakabayabgkara (pramuka di kepolisian) sebagai pembina pramuka.

Hal menarik yang dia alami selama berkarir sebagai Polsana, adalah harus sabar menghadapi wali murid.

Karena menurutnya para orangtua atau wali murid lebih sulit diatur dibandingkan para anak TK.

"Anak-anak kan kalau kita contohin peragakan ini, peragakan itu kan nurut ya kalau orangtua atau walinya ya lebih ke khawatir padahal anaknya baik-baik aja," katanya

Sekitar tahun 2008-2010 pengalaman yang tidak bisa dia lupakan adalah saat mengajar anak berkebutuhan khusus.

"Anak ini menarik dan mengambil pistol saya, sejak itu saya tidak lagi membawa peralatan polisi waktu mengajar," ujarnya.

Kebahagiaan menjadi Polsana yakni bisa mengedukasi anak-anak, dengan menyampaikan bahwa polisi bukan sosok menakutkan.

Karena sebagian anak kecil melihat polisi merupakan seorang yang keras.

"Banyak image polisi negatif, dari anak-anak saya mengajarkan untuk menghilangkam image negatif," ujarnya.

Kebanggaan yang tidak bisa dibayar dengan uang adalah saat anak muridnya yang pernah dia ajar kini menjadi sukses dan masih mengenal dia sebagai sosok seorang guru.

"Ada salah satu murid saya sudah jadi polisi dan ternyata bekerja sebagai atasan saya. Ada juga yang jadi Ajudan Kapolrestabes Palembang, bahagia saya dia masih ingat saya. Ada yang jadi Paskibraka dan saat ketemu minta foto, senangnya luar biasa," katanya.

Dinilai menjadi sosok yang menginspirasi, Muhtasor pun banyak menerima penghargaan dari pemerintah daerah Sumsel dan Palembang.
Terbaru dia mendapatkan hadiah umroh dari Kapolda periode tahun 2018 lalu, dari Zulkarnain.

Berikut beberapa penghargaan Aiptu M Muhtasor:

1. Polisi masyarakat dari Kapolda 2003-2004
2. Tahun 2005 dari Pertikara Sumsel Sakabayangkara Nasional di Cibubur Jakarta
3. Jambore Nasional 2006 sebagai pimpinan kontingen dari Kakuarnas Jatinagor Sumedang
4. Tahun 2007 pemimpin Raiumuna
5. Tahun 2011 terima penghargaan dari Kemenkumham sebagai penyuluh hukum berdedikasi
6. Pandu Tani Indonesia 2015
7. Umroh dari Wali Kota Palembang sebagai Pembina Polisi Sahabat anak dan apresiasi abdi negara masa 2012-2013 kepemimpinan Edi Santana dan Romi Herton.

Riwayat pendidikan:
SD N 10 Sekayu
SMP N 2 Sekayu
SMA N 1 Sekayu

Tempat Tanggal Lahir:
Kabupaten Brebes 14 Agustus 1977

Keluarga:
Siti Zahra (Istri)
M. Tazra Raafisyah (Anak)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved