Kisah Arief Menjadi Pemburu Ikan Raksasa di Sungai Batanghari, Dijual Rp 120 Ribu per Kilogram
Sungai terpanjang di Sumatera ini adalah tempat hidup ikan raksasa berbobot ratusan kilogram dengan umur puluhan tahun
"Sudah jarang anak muda yang menangkap ikan dan mengenal alat ini," kata Arief.
Menteban terbuat dari anyaman bambu. Alat ini tidak menggunakan umpan.
Menteban dipasang di tepi-tepi sungai tempat jalannya ikan.
Arief paham betul, seluk beluk ikan tapah.
Ikan tapah suka daerah bergambut.
Menurutnya, ikan tapah berbobot puluhan kilogram, setiap malam rutin keluar mencari makan.
Dia menepi menyusuri sungai. Suka berlama-lama di tebing-tebing curam, atau daerah bergambut dan di sela-sela pohon besar.
Apabila kondisi air surut, Arief menggunakan jalo rambang, pukat dan lapun.
Sedangkan saat banjir, menteban dan pancing tagang.
Lebih rinci, Arief menjelaskan lalo rambang adalah sejenis jala yang terbuat dari anyaman tali senar. Namun ukurannya besar, beratnya sampai belasan kilogram.
Kalau lapun terbuat dari anyaman tali senar yang dibingkai dengan rotan dan ditancapkan di dasar sungai.
Nah, tagang sejenis tajur atau pancing dengan mata kail yang digunakan cukup besar. Umpannya anakan lele.
Generasi terakhir pencari ikan tapah, kini jadi YouTuber Sekarang Arief generasi terakhir dari pemburu ikan raksasa.
Di tempatnya, Desa Pauh, Kecamatan Pauh pemburu ikan tapah hanya dia dan orang-orang yang sudah sepuh.
Penghasilan menangkap ikan tapah memang besar, tetapi dapatnya tidak setiap hari. Untuk ukuran raksasa, Arief dua kali dapat tapah dengan bobot 30 kilogram. Dijual dengan harga Rp 120.000 per kilogram.