'Kalau Takut Corona, Kita Tak Makan', Cerita Perjuangan Hidup Pedagang Bambu Keliling di Palembang
Biasanya saat pergi diantarkan naik becak ke daerah yang akan dikelilinginya, kemudian setelah sampai tempat ia akan pikul bambu jualannya.
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Weni Wahyuny
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -Meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19, tak menyurutkan semangat Alamsah (53) untuk berjualan bambu secara keliling.
"Sejak subuh saya keluar untuk berjualan bambu dengan cara dipikul secara keliling. Pulangnya jelang magrib," kata Alamsah saat dibincangi Tribun Sumsel, Selasa (12/8/2020).
Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa ia tinggal di daerah Kertapati Lorong Rawa Rawa.
Biasanya saat pergi diantarkan naik becak ke daerah yang akan dikelilinginya, kemudian setelah sampai tempat ia akan pikul bambu jualannya.
• BREAKING NEWS : Satu dari Dua Pembunuh Azhari di Jembatan Musi IV Palembang Ditangkap
• MOTIF Pembunuhan Azhari Alias Aang di Jembatan Musi IV Palembang, Pelaku Akui Gegara Narkoba
"Daerah jualan saya seluruh wilayah di Palembang ini, dari Musi II, Pusri, Perumnas, KM 12 dan lain-lain. Kalau diperkirakan ya sampai berkilo-kilo meter saya jalan kaki berjualan memikul bambu ini," ungkapnya.
Pria yang sudah berusia paruh baya ini pun bercerita, bahwa meskipun masih masa pandemi Covid-19 tak menyurutkan niatnya untuk berjualan bambu secara keliling.
Hal ini dilakukannya lantaran untuk menghidupi keempat anaknya.
"Kalau takut dengan corona kita tidak bisa makan, mau makan saja susah, jadi harus tetap berdagang keliling. Apalagi sampai sekarang saya belum pernah dapat bantuan dari pemerintah," curhatnya.
• Foto Pernikahan Diposting di Facebook, Pengantin Baru di Palembang Laporkan Istri Mantan Pacar
Menurutnya, ia mempunyai anak empat orang, dua masih sekolah dan duanya belum ada pekerjaan.
Sebelumnya ada anaknya yang bekerja sebagai sekuriti, namun karena adanya pendemi ini dirumahkan.
Sedangkan anak yang satunya terkadang bantu jualan keliling.
Kini ia menjadi tulang pungung keluarga.
Terlebih istrinya sudah meninggal, sehingga ia menjadi orang tua tunggal dari keempat anaknya.
"Untuk jualan bambu ini penghasilannya tidak seberapa, dibilang cukup ya cukup dibilang tidak ya tidak cukup. Apalagi masih ada anak sekolah. Dalam sehari paling tidak laku 20 batang bambu, namun saat jelang 17 Agustus ini lumayan meningkat bisa 30 bambu," katanya.
Sudah sejak empat tahun lalu, Alamsah menjadi pedagang bambu keliling.
Bambu yang ia jual ditawarkan sebatang Rp 20 ribu, namun bisa ditawar.
Terkadang ada yang menawar Rp 5000, sedangkan pasarannya sendiri Rp 10 ribuan.
"Bambu ini bisa digunakan berbagai hal, ada yang untuk tiang bendera, pagar, tirai bambu dan lain-lain. Untuk bambu ini saya ambil dari Bos, dia ambilnya di Gelumbang," ungkapnya.