Berita Gubernur Sumsel
Herman Deru Siap Wujudkan Taman Wisata Mangrove Sumsel yang Bisa Saingi Bali
Mimpi masyarakat Sumsel memiliki taman wisata mangrove atau hutan bakau yang populer seperti di pulau Bali sangat mungkin segera terwujud
Ekosistem mangrove juga merupakan bagian integral dari pengelolaan wilayah pesisir yang terpadu dengan Pengelolaan Dacrah Aliran Sungai. Perlu koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi lintas sektor, instansi dan lembaga dalam pemeliharaan ckosistem mangrove.
"Berdasarkan Peta Mangrove Nasional tahun 2019 luas mangrove Indonesia kurang lebih 3,31 juta hektar, dimana seluas kurang lebih 2,67 juta hektar (81%) ekosistem mangsove dalam kundisi baik dan seluas 0,67 juta hektar (19%) dalam kondisi kritis. Untuk provinsi Sumatera Selatan, luas mangrove kurang lebih 158,734 lektar yang tersebar di Banyuasin, Musi Banyuasin dan Ogan Komering llr. Hari ini kita jaga mangrove untuk bumi kita," jelasnya.
Di tempat yang sama, Kepala BPDAS Musi, Siswo S.Hut mengatakan hari ini mereka sudah menanam lebih dari 2020 batang mangrove seperti yang ditargetkan pemerintah pusat. Sebanyak 1900 batang mangrove sudah ditanam sebelum acara dan 100 batang lebih ditanam secara simbolik.
Menurutnya dari berhagai kajian akademik secara konsisten menunjukkan bahwa kehilangan mangrove terbesar di Indonesia dipicu oleh perluasan lahan tambak yang sangat masif.
Selain itu juga disebabkan alih fungsi lahan menjadi pemukiman, perkebunan, sarana infrastruktur, penebangan illegal, serta pencemaran limbah.
Karena itu melalui peringatan Hari Mangrove Sedunia ini ditandai dengan penanaman 2020 batang Mangrove di setiap provinsi secara bersama-sama, sebagai upaya membangun sinergi dan sinkronisasi lintas ektor dalam pengelolaan ekosistem mangrove.
Harapannya dengan penanaman ini kedepan hutan mangrove dapat terpelihara fungsi dan manfaat mangrove bagi kehidupan, antara lain sebagai pelindung dari abrasi air laut, penyangga dan pencegah intrusi air laut, menyimpan karbon serta fungsi ekowisata dan mitigasi bencana.