Diakhir Jabatannya, Soeharto Ungkap Kapok Menjadi Presiden Indonesia Selama 31 Tahun, Ini Sebabnya

Pada Selasa siang itu, 19 Mei 1998, Presiden Soeharto memanggil sejumlah tokoh, dari ulama, pimpinan organisasi kemasyarakatan, hingga budayawan.Mer

Editor: Moch Krisna
NET
Presiden RI Ke 2 Soeharto 

"Agar dicek benar-benar, daripada semuanya itu," kata dia.

Menurut Soeharto, seluruh kekuatan sosial politik, PPP, PDI, Golkar maupun ABRI mengatakan rakyat masih menghendakinya untuk menjadi Presiden saat itu.

Oleh karena itu, ia pun menerima amanat itu kembali dengan rasa tanggung jawab.

Namun hal tersebut diterima bukan karena kedudukan, tetapi justru karena tanggung jawab.

"Baiklah, kalau demikian, tentu saya terima dengan rasa tanggung jawab.

"Jadi, saya terima bukan karena kedudukannya, tetapi karena tanggung jawab," kata dia.

"Lebih-lebih pada saat kita menghadapi kesulitan akibat berbagai krisis tersebut.

"Rasa-rasanya kalau saya meninggalkan begitu saja, lantas bisa dikatakan, "tinggal gelanggang colong playu".

Berarti meninggalkan keadaan yang sebenarnya saya masih harus turut bertanggung jawab," tutur Soeharto.

Hal itu pula yang membuat Soeharto akhirnya menerima dengan rasa tanggung jawab mandat yang diberikan MPR tersebut.

"Karena itu, pada waktu itu, sekali lagi saya terima dengan rasa tanggung jawab, semata-mata terhadap negara dan bangsa Indonesia ini.

"Sekarang, ternyata baru saja timbul yang mutlak, karena itu tak masalah bila harus mundur," kata dia.

(Deti Mega Purnamasari)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Di Ujung Tanduk, Saat Soeharto Merasa Kapok Jadi Presiden..."

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved