'Pengen Banget Makan Pempek', Curhat Relawan Asal Muara Enim Tetap Tugas saat Lebaran di Wisma Atlet
tengah menjalankan tugasnya sebagai relawan di Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Ada yang berbeda yang dirasakan oleh Septi Buanasari di Lebaran Idul Fitri kali ini.
Perempuan asal Muara Enin, Sumatera Selatan ini untuk pertama kalinya lebaran jauh dari keluarga.
Tak hanya itu, relawan medis bagian farmasi ini tengah menjalankan tugasnya sebagai relawan di Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.
Septi mengatakan, meskipun di tempatnya bertugas mendapatkan kiriman menu makanan hari raya dari para donatur, dia merindukan makanana khas Palembang seperti pempek, tekwan kemplang dan kudapan lainnya.
"Bersyukur sekali karena banyak makanan kiriman dari donatur jadi bisa makan opor ayam dan ketupat. Tapi, lidah Palembang tetap enggak bisa bohong. Pengin banget makan pempek dan yang lain karena di rumah kalau lebaran pasti ada," katanya kepada Sripoku.com melalui pesan WhatsApp, Senin (25/5/2020).
Septi mengakui menjadi relawan Covid-19 berasal dari panggilan jiwa.

• IT II Tertinggi, Ilir Barat II Terendah, Data Persebaran Covid-19 di Palembang Update 26 Mei 2020
Apalagi, saat ini tenaga medis sangat dibutuhkan untuk mempercepat penanganan kasus Covid-19 di tanah air.
Awalnya keinginannya menjadi relawan medis pun ditentang keluarga.
Menurut Septi, hal tersebut pun wajar sebab saat ini banyak tenaga kesehatan yang juga tertular virus Corona saat menjalankan tugasnya.
"Saya bukan dari keluarga kaya, yang bisa membantu berikan donasi dalam jumlah besar. Jadi lewat ilmu yang saya kuasai di bidang farmasi. Ibaratnya tenaga kesehatan saat ini dibutuhkan di medan perang melawan Covid-19. Hidup harus memilih antara bergerak atau diam," ujarnya.
Alumni jurusan Farmasi Universitas Sriwijaya sebelumnya telah bekerja jauh dari tempat asalnya.
Dalam rentang tahun 2017 hingga 2019 lalu dia mengabdikan diri sebagai relawan di puskesmas yang berada di pelosok Provinsi Jambi lewat program Nusantara Sehat dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
"Sewaktu bertugas di Jambi lebaran bisa pulang karena ada cuti lebaran. Kalau sekarang ya harus ikhlas tidak pulang," tambah perempuan kelahiran 22 September ini.

Di tempat kerjanya, Septi pun harus menjalani kerja dengan sistem shift dengan jam kerja selama delapan jam hingga tiga bulan ke depan.
Dia harus menahan rasa tidak nyaman saat harus menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bertugas seperti hazmat, masker N95 plus masker bedah, sepatu bot, sarung tangan bedah (handscoon) dua lapis, dan google atau face shield.