Corona di Palembang

Kasus Positif Corona Palembang Terus Melonjak, Ketua IDI Ungkap Penyebab Cepatnya Penularan

Kota Palembang sebagai wilayah tertinggi dalam penyebaran covid-19 dari 17 Kabupaten Kota di Sumsel.

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Wawan Perdana
TRIBUNSUMSEL.COM/SHINTA DWI ANGGRAINI
Pelanggar masker yang terjaring razia oleh petugas gugus tugas percepatan penanganan covid-19 Palembang, Sabtu (9/5/2020) 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Kasus positif Corona di Palembang dalam berapa hari ini meningkat drastis.

Sampai dengan kemarin, Gugus Tugas Provinsi Sumsel mencatat ada 239 kasus positif Covid-19.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Palembang DR dr Zulkhair Ali SpPD menyebut, melonjaknya jumlah kasus positif covid-19 di Palembang seirama dengan kembali ramainya kegiatan masyarakat yang beraktivitas di luar rumah.

"Bisa kita lihat beberapa hari ini jalan raya sudah kembali ramai, pasar-pasar juga sudah penuh lagi. Berbeda betul dengan waktu baru-baru diumumkan ada kasus positif di Palembang," ujarnya, Jumat (15/5/2020).

Sehari sebelumnya, juru bicara gugus tugas percepatan penanganan covid-19 Sumsel merilis adanya penambahan kasus positif yang terkonfirmasi.

Update Kamis (14/5/2020), dari 119 tambahan kasus positif di Sumsel, 73 kasus berasal dari kota Palembang.

Sehingga sudah ada 239 kasus positif covid-19 di kota pempek.

Hal ini semakin menjadikan kota Palembang sebagai wilayah tertinggi dalam penyebaran covid-19 dari 17 Kabupaten Kota di Sumsel.

Menurut Zulkhair hal ini tentu sangat memprihatikan.

Sebab ditakutkan, semakin banyak kasus positif dapat membuat tenaga kesehatan menjadi kewalahan dengan terus melonjaknya jumlah pasien.

Sesak Napas 3 Hari, Seorang PDP Asal Muara Beliti di Musirawas Meninggal Dunia

"Karena walaupun sudah pakai APD lengkap, tetap saja kita tidak tahu celah-celah yang memungkinkan tenaga kesehatan ini tumbang."

"Bisa karena lelah atau semakin tinggi resiko ikut terpapar covid-19. Disisi lain juga, tenaga kesehatan kita ini tidak banyak dan pasti akan kewalahan bila pasiennya terus bertambah," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, kembali ramainya aktivitas di luar rumah juga tidak terlepas dari anggapan di sebagian masyarakat yang menilai bahwa tenaga medis merupakan orang yang lebih cenderung terjangkit virus corona.

Sedangkan masyarakat umum dianggap sebagai orang yang memiliki risiko rendah dalam penularan virus tersebut.

"Padahal anggapan itu jelas salah. Semua orang memiliki risiko yang sama terhadap penularan virus corona," tegasnya.

"Terkait banyaknya tenaga medis yang diketahui positif, itu karena mereka diperiksa. Sedangkan masyarakat umum banyak yang tidak periksa."

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved