Mengenal Likuran di Palembang di Bulan Ramadan, Tradisi yang Hampir Punah

Hal ini dilakukan sebagai rasa syukur menyambut di mulainya malam Seribu Bulan atau yang dikenal Lailatul Qadar, yang sangat di nantikan Umat Islam.

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM/LINDA TRISNAWATI
Budayawan Palembang Hj. Masayu Anna Kumari atau yang dikenal Anna Kumari 

"Pada saat itu seharusnya yang jadi peri tersebut adalah anak perempuan yaitu saya sendiri, tapi karena sesuatu hal maka digantikan oleh adik saya Anwar Fuadi, yang bernama kecil Dentjik atau Raden Kecik sebelum sekarang terkenal dengan nama Anwar Fuadi," katanya.

Karena Beliau adalah anak laki-laki maka dia dipakaikan busana perempuan dan kereta kencana angsa itu diiringi dengan orkes kroncong burung kenari.

"Adik saya tampak santai saja dan tidak canggung, menunjukkan kalau bakat seni, terutama seni akting memang telah ada padanya sedari kecil. Kemudian setiba nya di Jembatan Kertapati arak-arak an di sambut oleh M.Ali Amin (ayahanda Djohan Hanafiah)," bebernya.

Acara yang terakhir adalah arak-arakan membangunkan sahur yang di mulai dari pukul 01.00 WIB sampai pukul 03.00 WIB dini hari. Ini biasanya dilaksanakan oleh kaum laki-laki, baik anak-anak, remaja maupun yang telah dewasa dan berumur.

"Pelaksanaan pada tahun tahun berikutnya arak-arak an di sambut oleh R.A Rivai Tjekyan. Namun setelah zaman R.A Rivai Tjekyan tradisi ramadan Likuran mulai menghilang dan kini tradisi ramadan Likuran itu dapat disebut telah punah," cetusnya.

Mendekati hari hari menjelang lailatul qadar, terbersit kerinduan yang sangat dalam di hati Anna Kumari. "Kapankah dapat saya temui lagi tradisi likuran yang seperti dulu?," katanya.

Kota Palembang Kota Budaya
Menyimpan tradisi seni dan budaya
Kini banyak yang telah punah
Mari kita menghidupkan nya

Tradisi di masa nan lalu
Membuat hati menjadi pilu
akan dikenang sepanjang waktu
walau zaman telah berlalu

Tradisi dibulan Ramadan
yang bernama Tradisi Likuran
lenyap kini dari peredaran
mungkinkah kembali di tahun depan?

Namun Daku tidak berdaya
Tiga perempat abad sudah usia
Namun tetap akan berkarya
Semoga dikabulkan Allah Subhanahu wa ta'ala

Aduhai generasi masa kini
Jika daku telah tiada lagi
Teruskanlah Tradisi Ramadan ini
Agar dikenal seluruh Negeri...

Itulah pantun penutup dari Anna Kumari.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved