Warga Miskin Palembang

Nenek Suhatina Warga Miskin Palembang Disebut Hanya Minum Air Saat Berbuka Puasa, Begini Keadaannya

Sempat viral karena berita yang mengatakan dirinya hanya minum air putih saja saat berbuka puasa, Suhatina nenek berusia sekitar 70 tahun ini bahagia

Penulis: Melisa Wulandari |
Tribunsumsel/Melisa
Nenek Suhatina warga miskin Palembang yang berbuka puasa hanya minum air putih saja 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Nenek Suhatina warga Palembang yang miskin kini agak sedikit lega.

Sempat viral karena berita yang mengatakan dirinya hanya minum air putih saja saat berbuka puasa, Suhatina nenek berusia sekitar 70 tahun ini bahagia

Kini Suhatini mulai diperhatikan oleh pemerintah dan warga Palembang yang telah memberikan banyak bantuan untuk dirinya.

"Alhamdulillah, terima kasih sudah banyak yang bantu saya.

Sebenernya saya saat berbuka itu gak hanya minum air putih saja tapi dibarengi dengan teh manis hangat juga, kesukaan saya," ujar nenek yang tinggal sebatang kara ini, Minggu (3/5/2020).

Tinggal di rumah berukuran 4x6 yang tidak pernah direnovasi dari tahun 1987, terlihat pula saat Tribunsumsel.com menyambangi rumahnya suasana remang, lantai tanah, seng yang sudah bocor, ruang kamar yang sempit.

Tumpukan beras di di lantai, dan beberapa bahan makanan pemberian masyarakat kepadanya diletakkan di atas meja ruang depan.

"Alhamdulillah kalau sekarang kan ada yang mau dimakan, gak mencari dulu baru dapat uang ini tinggal masak. Kalau sehari hari kan saya harus nebas (potong) rumput dulu baru dapat uang itupun tidak tentu," katanya.

Biasanya kalau tidak dapat bantuan seperti ini, dia mencari uang dengan memotong rumput di rumah rumah di sekitaran tempat dia tinggal lorong Rukun RT 17 RW 04 kecamatan Kalidoni.

"Dikasih orang Rp 50 ribu sekali bersihkan rumput, itu juga kan gak tiap hari nebas. Kalau gak dapat uang tetangga saya sering bantu dengan kasih makan untuk buka dan sahur, uang juga dikasih untuk makan saya," ujar perempuan asli kelahiran Bondowoso, Jawa Timur ini.

Sementara itu, salah satu warga yang tinggal di Kenten H Edi juga memberikan bantuan untuk Suhatina berupa sembako.

"Ya saya baca di koran, kasihan ibu ini tinggal sebatang kara jadi saya bersama anak saya kasih bantuan sembako supaya ibunya gak usah kerja lagi," ujarnya.

"Ini juga kami mau bantu renovasi rumah tapi katanya rumah ibu Ana bukan dibangun di atas tanahnya jadi kita hanya bisa bantu beli seng saja, nanti pak Lurah bisa hubungi saya biayanya berapa," ujarnya.

Saya baca di koran ada berita bahwa Suhatina hidup sendirian, kita liat kondisi rumah untuk membantu ibu ini, sembako lengkap biar gak susah kerja lagi.

Insya Allah kami bantu beliin seng.

Ketua RT 17 RW 04 Kecamatan Kalidoni, Mujiono mengatakan sudah banyak bantuan yang diberikan kepada warganya ini.

"Ya kami berterima kasih karena sudah perhatian dengan ibu Ana, kasihan beliau ditinggal suaminya yang sudah meninggal 6 tahun lalu, biasa cari uang dengan nebas rumput di halaman warga sini," tutupnya. 

Kisah Lainnya

Disaat masyarakat mampu berebut bantuan sembako hingga baku hantam, tapi tidak dengan sosok wanita ini

Meski hidup kekurangan Mama Salomi enggan menerima bantuan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial

Penolakan bantuan sembako ini menjadi perbincangan publik

Pasalnya, meski masuk dalam kategori rumah tangga miskin tapi Salomi tak mau menerima bantuan

Sebuah video yang memperlihatkan seorang ibu di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), menolak bantuan sembako dari pemerintah pusat, viral di media sosial.

Dalam video berdurasi 2 menit 18 detik yang diunggah akun Instagram @baliaman, tampak wanita bernama Salomi didatangi oleh sejumlah petugas pemberi bantuan sembako dari Kementerian Sosial.

Namun, wanita ini menolak bantuan yang akan diberikan.

Salomi warga miskin NTT menolak bantuan dari pemerintahan Jokowi terkait pandemi corona
Salomi warga miskin NTT menolak bantuan dari pemerintahan Jokowi terkait pandemi corona (Kompas.com)

Kepada petugas, Salomi kekeh tidak mau menerima bantuan sembako karena ingin berusaha sendiri,

"Saya harus usaha sendiri. Tuhan sudah kasih saya 10 jari dipakai untuk usaha. Itu yang saya tidak mau, tidak ada alasan lain," kata Salomi.

Para petugas kemudian menjelaskan lagi soal bantuan sembako yang berlangsung mulai April hingga Desember 2020.

Lagi-lagi Salomi menjawab tidak mau sambil menggelengkan kepalanya.

Karena terus didesak petugas, Salomi lantas menjawab kalau dia tidak mau makan makanan yang gratis.

Para petugas yang sudah membujuk Salomi untuk menerima bantuan, akhirnya menyerah dan hanya memberikan masker untuk digunakan.

Koordinator Daerah Kabupaten Alor untuk Program Sembako, Nazamuddin Syain, membenarkan adanya penolakan bantuan sembako oleh warga Alor.

Nazamuddin menyebut, dirinya yang turun langsung dan bertemu dengan Salomi Malaka.

"Betul, dalam video itu saya yang berbicara dengan lbu Salomi. Itu pada tanggal 28 April 2020, sekitar pukul 15.42 WITA," ujar Nazamuddin saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (1/5/2020) siang.

Nazzamudin menjelaskan, awalnya dia bersama perangkat Desa Lembur, tenaga kesejahteraan sosial Kecamatan Alor Tengah Utara, pendamping PKH Alor Tengah Utara, dan juga petugas Bansos dari Bank BRI, mendatangi kediaman Salomi Malaka.

Kedatangan mereka untuk mendistribusian Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Desa Lembur.

Kartu itu merupakan bantuan sembako dari pemerintah melalui Kementerian Sosial RI. Dari sekian banyak nama yang ada, beberapa orang tidak hadir untuk mengambil KKS ini termasuk Salomi.

"Akhirnya kami datang dan bertemu dengan Ibu Salomi, untuk memberikan penjelasan secara langsung terkait program sembako di tengah pandemi Covid-19," jelas Nazamuddin.

"Kami sempat memaksakan beliau untuk memanfaatkan bantuan ini. Namun, beliau secara tegas tetap menolak," sambungnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved