Kisah Evi Menetap 23 Tahun di Prancis, Ribuan Meninggal Karena Covid-19 Lantaran Warga Tak Disiplin

Namaku Evi Yuliza Battin. Biasa dipanggil Evi atau Yuli. Aku asli Palembang. Aku menetap di Perancis dari tanggal 01 November 1997

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Moch Krisna
IST
Evi Yuliza Battin 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Namaku Evi Yuliza Battin. Biasa dipanggil Evi atau Yuli. Aku asli Palembang. Aku menetap di Perancis dari tanggal 01 November 1997.

Menikah dengan Bruno Francis Battini asal dari Tuscany, Italy tapi menetap di Prancis karena pekerjaan.

Aku dan dan Bruno dulu bertemu di Jakarta awal tahun 1995 sewaktu dia expat untuk proyek Jabotabek. Waktu itu dia dikontrak oleh Pekerjaan Umum Jakarta (PU).

Dan aku bekerja di marketing Department, head office di Hotel Ambhara Jakarta, grupnya Pasaraya ownernya mantan Menteri Tenaga Kerja Abdul Latief.

Waktu itu suami menginap di hotel tempat aku bekerja.

Marketing mengundang seluruh tamu-tamu untuk dinner bersama bagi para tamu yang sudah menginap lebih dari satu bulan. Dari pertemuan itu, kita bertemu lagi 3 bulan kemudian di travel agent di ground floor.

Dia mau confirm ticketnya ke Prancis, dan aku mau pulang ke Palembang, liburan. Dia masih mengenalku, kita mengobrol sebentar dan dia tinggalkan business card nya.

Setelah 3 minggu dia pulang ke negaranya, aku mendapat post card darinya. Dia kirim ke hôtel. Akhirnya aku balas ke email dia. Sejak hari itu kita surat menyurat selama 1 tahun. Akhir tahun 1996 dia mau menikah denganku.

Dia menghormati orang tuaku dan menggelar akad nikah di Palembang . DiIslamkan di Mesjid Jakarta banyak saksi dari keluargaku, nama Islam suamiku Ahmad Yusuf. Disunnat juga, Di Prancis kita berniat punya anak, dan memutuskan hari tua kita tetap tinggal di panti jompo.

Anak-anak bule tidak akan mengurus orang tuanya. Ada yang care tapi hanya 10 persen. Ada teman-temanku sudah pensiun, suami meninggal dunia, semua hidup sendiri. Yang berduit tinggal di panti jompo.

Karena harus bayar minimum 2000 euros per bulan (15 jutaan rupiah). Tidak Ada yang gratis di Perancis. Makanya kami sudah persiapan semua untuk masa depan kalau ada apa-apa.

Kegiatanku selama di Prancis dulu sekolah dan kerja. Aku dulu sekolah sewaktu Baru datang di Perancis mendaftar disekolah International untuk Bahasa Perancis, selama 2 tahun.

Tamatan dari sekolah di Manajement Perhotelan dan Catering Dari INFA Marseille, France. Dapat Master1. Habis itu aku sekolah lagi di jurusan Pembukuan (Comptable) du CNAM (Conservatoire National Les Arts et Métier) di Aix en Provence, dapat Diploma BTS.

Suami dulu dari Teknik Kimia. Selama aku tinggal 23 tahun di Perancis banyak suka dukanya. Fakultas yang Sama denganku. Dan ambil sekolah lagi 5 tahun yang lalu di IT selama 6 tahun di CNAM juga. Di Fakultas yang Sama tapi beda jurusan. Dukanya karena suami dulu banyak cobaan karena dia mualaf seperti kebanyakan orang dicoba se sulit mungkin.

Sukanya yaitu aku banyak teman. Tapi dengan kesabaran, ikhlas kita, sudah melalui itu semua. Dulu aku juga kerja di Sales hanya se tengah hari. Selebihnya berbisnis dengan teman-teman. Juga kursus-kursus lagi. Suami bekerja, sebagai tenaga teknisi analyser Water, oil, gas.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved