Dulu Laris Manis, Kini Dagangan Lansia Ini Sepi setelah Pandemi COVID-19: Sekarang Sepi Pak, Sepi
Sebelum virus corona ini merebak dan menjadi epidemi, dagangan Rubiem laris manis hingga menghasilkan Rp 100 ribu/per hari.
Selama berada di Jakarta, ia tinggal di rumah kontrakan yang tak jauh dari tempatnya mengadu nasib.
Kontrakan yang ditepati Rubiem setiap bulannya harus dibayar sebesar Rp 400 ribu.

"Ibu satu kamar sendiri?" tanya Karni Ilyas.
"Iya satu kamar sendiri, saya bayar sendiri Rp 400 ribu," jawab Rubiem.
"Gede gak kontrakannya?" tanya Karni Ilyas lagi.
"Enggak pak cuma satu kamar, ada lemari, kasur," cerita Rubiem.
Tinggal sendiri di Jakarta, Rubiem mengaku masih bisa mencukup-cukupi kesehariannya dengan uang dari hasil jerih payahnya menjual kopi.
Di kampung, ia mempunyai 4 anak yang bekerja sebagai petani.
Selain anak, Rubiem juga sudah mempunyai 9 cucu dan 1 cicit.
Meski usianya sudah senja, Rubiem tampak masih segar dan bersemangat mengais rezeki di Jakarta.
"Kenapa ibu gak dikampung aja?" tanya Karni Ilyas.
"Ya gimana ya pak, ibu sayakan di kampung. Ibu saya di kampung, umurnya udah 100 tahun dan saya tiap bulan ngirimin pak (re, uang)," kata Rubiem.
Rubiem mempunyai harapan sederhana untuk pemerintah, ia mengaku ingin pulang ke Klaten karena dagangannya yang kini sedang sepi pembeli.
"Baik, jadi apa yang ibu harapkan dari pemerintah?" tanya Karni Ilyas.
"Saya mau pulang kampung, di sini sepi pak, udah dua minggu saya gak dagang, di rumah aja," curhat Rubiem tersenyum.