Spirit Bisnis

Luncurkan Konsep Sociopreneurship, Apit Jurai Bantu Kesejahteraan Petani Kopi Semende

Asep punya niat memperkenalkan kopi arabika asal Sumsel yang diproduksi oleh petani kopi di Desa Cahaya Alam, Semende Darat Ulu

Editor: Wawan Perdana
Istimewa
Asep punya niat memperkenalkan kopi arabika asal Sumsel yang diproduksi oleh petani kopi di Desa Cahaya Alam, Semende Darat Ulu, Muara Enim, 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Asep punya niat memperkenalkan kopi arabika asal Sumsel yang diproduksi oleh petani kopi di Desa Cahaya Alam, Semende Darat Ulu, Muara Enim,

Asep, sapaan akrab pria berusia 27 ini mantap menggeluti bisnis penjualan biji kopi di bawah naungan Apit Jurai.

Apit Jurai merupakan sebuah konsep usaha sosial (sociopreneurship) yang dirintis Asep Iman Somanhudi yang mulanya hanya ditujukan untuk menyejahterakan petani kopi arabika.

Usaha ini berfokus pada penjualan green bean coffee (biji kopi mentah).

"Saat itu di kedai kopi saya tersedia kopi Arabika. Uniknya, orang-orang tidak percaya jika itu benar kopi arabika yang asli dari Sumsel sebab yang selama ini dikenal, kan, kopi robusta," ujarnya, Sabtu (7/2/2020).

Awalnya ketertarikan Asep di usaha perkopian adalah dengan mencoba menjadi barista dengan mengambil kursus menjadi barista pada 2015.

Tak tanggung-tanggung dia bersama keempat temannya mendirikan kedai pertamanya Coffeephile.

Merasa tak berbakat menjadi barista Asep karena hanya bisa bertahan selama delapan bulan.

Ia kemudian menjajal menjadi roaster namun lagi-lagi gagal karena merasa kurang memiliki kecakapan di posisi tersebut.

Belajar dari kegagalannya di dua profesi sebelumnya, Asep akhirnya menyadari jika dia tak harus bertahan di bidang yang bahkan tidak dikuasainya dengan baik.

Hanya bermodalkan puluhan juta pada 2018 lalu, dengan strategi bisnis yang baik dalam setahun modal Asep telah kembali dan kini dia bisa dibilang sedang memanen investasinya.

"Saya miris sekali. Usaha dan pendapatan timpang. Belum lagi para petani harus dihadapkan dengan kebutuhan lainnya, seperti sekolah anak. Dari sinilah Apit Jurai coba menjembatani antara petani dan pembeli biji kopi," jelas Asep.

Asep mengatakan, awalnya dia pun sempat kesulitan menerapkan konsep bisnis yang tepat bagi pengembangan kopi di lahan seluas 20 hektare tersebut.

Setelah berdiskusi dan menyelami keinginan kelompok tani kopi didapatkan suatu program kelompok tani yang dinilai sama-sama menguntungkan dari sisi bisnis dan pendapatan petani.

"Saya memutuskan untuk total mengembangkan kopi Arabika. Tujuan awalnya karena mencari jejak kopi Arabika di Semende."

"Hingga kini alhamdulillah selain sebagai bisnis, dari Arai Jupit saya bisa membantu mengoptimalkan produksi dan penjualan biji kopi arabika dari petani kopi," kata Asep yang lulusan S1 Akuntansi Universitas Sriwijaya.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved