Kemunculan Buaya di Banyuasin
Sungai Rengit Banyuasin Meluap, Buaya Bermunculan Satu Minggu Terakhir di Spot Warga Memancing
Sungai Rengit Banyuasin Meluap, Buaya Bermunculan Satu Minggu Terakhir di Spot Warga Memancing
TRIBUNSUMSEL.COM - Sungai Rengit Banyuasin Meluap, Buaya Bermunculan Satu Minggu Terakhir di Spot Warga Memancing
Buaya bermunculan di Sungai Rengit Banyuasin.
Bukan hanya sekali warga melihat kemunculan buaya.
Beberapa hari terakhir buaya menampakkan diri di rawa-rawa tempat biasa warga memancing
Seekor buaya menampakkan tubuhnya di Sungai Rengit Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin.
Munculnya seekor buaya tersebut, karena meluapnya sungai rengit di musim hujan sekarang ini.
• Pria Asal OKU Timur Menipu dan Gadaikan Motor Dinas Milik Kades di Lempuing OKI
• Pemkab Muaraenim Bentuk Tim Pencegahan Virus Corona, Isolasi TKA China Agar Tidak Bepergian
Kabarnya, bukan hanya satu buaya yang menampakkan tubuhnya di rawa-rawa.
Adanya kemunculan buaya membuat pemerintah kabupaten (Pemkab) mengimbau untuk berhati-hati beraktivitas di rawa, baik untuk memancing atau mencari rumput.
Kepala BPBD Banyuasin Ir Alpian, membenarkan kalau setiap musim hujan dan air pasang dipastikan buaya-buaya di kawasan Sungai Rengit, naik ke permukaan.
"Benar ada informasi bahwa buaya kembali menampakkan tubuhnya di wilayah Sungai Rengit," ucap Alpian.
Masih kata Alpian, menurut informasi buaya-buaya tersebut sudah sepekan ini, terlihat oleh warga yang memancing.
Sebelum terjadi korban jiwa diterkam buaya, masyarakat dilarang mendekati Sungai Rengit sekitaran Perusahaan PT KAM.
Alpian menyebutkan, setiap musim hujan buaya sering masuk rawa-rawa dan desa.
"Buaya-buaya ikut arus pasang surut. Ketika air pasang naik buaya masuk, ketika surut buaya pergi lagi," ujar Alpian.
Umirtono Ketua Jaringan Pendamping Kinerja Pemerintah (JPKP) Banyuasin mengakui, bahwa di kawasan Sungai Rengit lokasi berkembang biak buaya-buaya.
Wilayah Sungai Rengit ini hutan dan rawa-rawa, kini berubah jadi pemukiman dan perkebunan, hingga mempengaruhi habitat buaya.
Buaya-buaya pun berkeliaran di tempat biasa orang mencari ikan, mancing.
"Sejauh ini belum ada tindakan dari BKSDA Provinsi Sumatera Selatan. Pemerintah Kabupaten Banyuasin, hanya sekedar imbauan, sosialisasi agar masyarakat waspada buaya," ungkapnya.(mat bodok)
Nelayan Banyuasin Nekat Cari Kepiting di Sarang Buaya
Seorang nelayan kepiting ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di Sungai Bangke, Desa Sungsang 4, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
Korban yang diketahui bernama Sidik Kamseno (40), warga Dusun I, Desa Pagar Bulan, Kecamatan Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin, diduga tewas akibat diserang buaya ketika sedang mencari kepiting.
Kepala Seksi Wilayah II Taman Nasional Sembilang, Affan Absori mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu (7/12/2019).
Mulanya, korban berangkat dengan menggunakan satu kapal bersama tujuh rekannya menuju Sungai Bangke, Desa Sungsang 4, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, untuk berburu kepiting.
Setelah tiba di lokasi, para nelayan itu menyebar dengan perahu yang lebih kecil untuk mencari kepiting. Namun, menjelang sore korban mendadak tak kembali ke kapal hingga akhirnya dicar.
"Setelah dicari, kondisi korban ditemukan hanya setengah badan, diduga dimangsa buaya," kata Affan dikonfirmasi melalui ponsel,Senin (9/12/2019).
Affan menjelaskan, jenazah Sidik baru bisa dievakuasi pada Minggu (8/12/2019) malam, karena kondisi jarak yang jauh menuju tempat kejadian.
Menurut Affan, lokasi tempat tersebut memang habitat wilayah muara serta para satwa liar lainnya, seperti harimau dan burung migran.
"Nelayan tradisional selalu mencari kepiting di wilayah itu dan memang lokasinya merupakan habitat buaya Muara. Nelayan juga sering melihat buaya disana," ujarnya.
Kepala BKSDA Sumsel Genman Suhefti Hasibuan menambahkan, daerah tersebut memang merupakan habitat buaya.
Kejadian itu, menurut Genman, menambah panjang deretan kasus konflik antara manusia dengan satwa yang dilindungi.
Untuk tahun 2019, ada 27 kasus yang sudah menelan korban sampai 8 orang meninggak akibat berkonflik dengan satwa liar, seperti harimau, gajah, beruang madu, babi hutan dan buaya.
"Kebanyakan hal itu disebabkan manusia yang masuk ke habitat satwa liar. Bukan satwa yang menyerang, tapi manusia yang masuk. Kejadian ini, sama dengan yang ada di Dempo, Pagaralam, Lahat dan OKU. Berulang kali dilakukan peringatan tapi tetap saja terjadi," ujar Genman.
