Berita OKU

Pemkab OKU Akan Berlakukan Syarat Pejabat Naik Pangkat Lampirkan Buku Tabungan Sampah

Indonesia darurat sampah dan menempati rangking ke-2 di dunia setelah China

Editor: Wawan Perdana
Sripo/ Leni Juwita
SIT (Sekolah Islam Terpadu ) Tunas Cendikia Baturaja sebagai sekolah penggagas "Baturaja Tanpa Sampah" menghadirkan Yuri Romero, penggiat sampah asal Republik Kuba. 

TRIBUNSUMSEL.COM, BATURAJA-Indonesia darurat sampah dan menempati rangking ke-2 di dunia.

SIT (Sekolah Islam Terpadu ) Tunas Cendikia Baturaja sebagai sekolah penggagas "Baturaja Tanpa Sampah" menghadirkan Yuri Romero, penggiat sampah asal Republik Kuba.

Pakar Consultant Educator Speaker Co-Founder Sustainable Indonesia Asal kepulauan Karibia ini sengaja datang ke Kabupaten OKU menjadi keynote speacker di acara Tuncen Fest 2020 Workshop For Teens " Baturaja Tanpa Sampah" di Gedung Sanggar Kegiatan Baturaja , Kamis (23/1/2020).

Hadir Bupati OKU yang sekaligus menjadi keynote speaker diwakili Asisten I Selamet Riyadi MSi, Kepala BLH diwakili Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Baharuddin SE MM, Kepala Dinas Pendidikan diwakili .Kabid PAUD dan Pendidikan Non Formal, Ahmad Azhar SSTP, Vice President SHE PT Semen Baturaja Jogy Alpha Mediarta.

Di kesempatan itu Yori Romero yang juga didampingi Lena Karolina mengatakan akibat masalah sampah bumi kita seperti sakit karena banyak sampahnya.

"Bahkan Indonesia sudah darurat sampah menempati rangking ke-2 dunia setelah China" kata Yuri.

Dikatakan Yuri Romero, jumlah polusi laut atas sampah di Indonesia 1,29 juta ton/tahun. Sedangkan jumlah polusi laut sampah China 3.53 juta ton/tahun.

Kondisi ini benar-benar darurat dan harus diambil langkah nyata untuk mengurangi penggunaan pelastik di negara Indonesia.

Penyumbang sampah terbanyak adalah dari sampah plastik, dari total sampah hanya 9 persen yang bisa direcyled. Sampah-sampah ini dibuang ke sungai lalu mengalir ke laut.

Sampah-samah plastik di laut dimakan oleh ikan dan ikan ditangkap nelayan lalu dimakan manusia.

Ikan yang sudah mengkonsumsi plastik sudah mengandung microplastic yang membahayakan kesehatan manusia dan kesehatan itu dilaut.

Ikan yang sudah makan plastik, akan merasa kenyang sehingga tidak mau makan lagi dan akhirnya mati.

Tahun 2050 diprediksi dilaut akan lebih banyak jumlah plastik dibandingkan ikan.

Karena manusia terus membuang sampah dan ikan akan terus makan plastik, karena bau plastik itu mirip bau pelanton ikan mengira pelastik itu adalah pelanton.

Lama-ama ikan dilaut akan habis karena sudah keracunan microplastic.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved