Tol Palembang Lampung

Pengusaha di Jalintim Kolaps Dampak Tol Palembang-Lampung, Terpaksa PHK Karyawan

Sementara jalan lintas timur (Jalintim) sepi dari lalu lintas kendaraan. Imbasnya hampir semua usaha di sepanjang jalintim mengalami dampak penurunan

Penulis: Winando Davinchi | Editor: Wawan Perdana

Dia berharap keadaan cepat menjadi normal kembali karena usahanya terancam gulung tikar. "Semoga kalau sudah berbayar jalan tolnya, di sini bisa kembali normal. Nanti kalau ramai akan dipanggil lagi karyawan yang sudah berhenti," katanya.

Acil juga berencana membuka cabang rumah makan di rest area tol Terbanggi Besar-Kayuagung-Palembang.

Penelusuran tribunsumsel.com dari Desa Tugumulyo sampai Desa Muara Burnai tampak sepi lalu lintas kendaraan. Terhitung tidak lebih dari 100 kendaraan yang melintas selama wartawan melalukan perekaman video dengan durasi 5 menit.

Beberapa rumah makan di pinggir jalintim sudah ditutup oleh pemiliknya, seperti Pondok Makan Sherra di Desa Lubuk Seberuk, Lempuing Jaya tidak lagi beroperasi sejak 2 minggu terakhir.

"Setahu saya belum lama ditutup belum sampe satu bulan," kata Yono, warga setempat, Minggu (29/12).

"Jangankan pembeli, mobil yang melintas saja sedikit, apalagi malam hari tidak ada mobil yang melintas lagi," jelasnya.

Kondisi serupa juga berlangsung di SPBU di Jalan Jamantras R9, Desa Muara Burnai 1, Kecamatan Lempuing Jaya.

Pantauan Tribun pada Sabtu (28/12), tidak terlihat mobil yang hendak mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM), apalagi sampai mengantre seperti yang sering terlihat saat sebelum difungsionalkannya jalan tol.
Karyawan SPBU setempat mengatakan, penjualan tinggal seperempatnya dari hari biasanya.

"Kalo selama sebulan setelah jalan tol dibuka, pendapataan mengalami penurunan drastis, yang tadinya mobil truk dan pribadi sudah ramai sejak pagi hari hingga tengah malam. Tapi sekarang bisa dihitung jumlahnya pembeli, itu pun kebanyakan dari pengendara sepeda motor atau warga daerah sini," katanya.

Dijelaskannya, penurunan jumlah pembeli dari bulan lalu sangat terasa bahkan stok bahan bakar mengurang hingga kurang lebih 80 persen.

"Kalau tidak salah sebelum ada tol stok di sini sekitar 10 ton setiap hari, tetapi saat ini hanya sekitar 2 ton saja yang dijual dari berbagai jenis bahan bakar," ujarnya.

Akibat penurunan penjualan beberapa karyawan terpaksa harus dirumahkan. "Sejak satu bulan terakhir sudah sekitar 9 karyawan dikurangi, di antaranya beberapa operator pengisian bahan bakar hingga staf," jelasnya.
Sebagai salah satu karyawan yang masih bertahan, ia juga menaruh rasa khawatir ikut diberhentikan dari pekerjaannya tersebut.

"Pokoknya kalau malam itu sepi sekali, tidak ada lagi mobil besar yang menepikan kendaraan untuk mengisi bahan bakar, atau hanya sekedar rehat sejenak," ungkapnya.

Kosin, warga setempat, mengatakan, sebelum ada tol, solar dan premium sulit didapatkan saat siang hari.

"Waduh kalau dulu mau beli solar, minimal jam 10 malam ke atas baru ada, sedangkan bensin sekitar jam 12 malam. Dan itu pun sebelum subuh stok BBMnya sudah habis," katanya.

Tetapi keadaan kini berbeda, sejak sebulan terakhir pada siang hari stok BBM jenis tersebut bisa didapatkan. "Kalau sekarang gampang belinya tidak usah ngantre dari malam, karena sampai siang stok solar dan bensin masih banyak," katanya. 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved