Tahun Baru 2020
Untung Jual Terompet Tahun Baru Tak Lagi Nyaring, Pedagang di Palembang Kurangi produksi
ejak dua tahun belakangan ini, momen pergantian tahun dirasa tak begitu memberi penghasilan lebih bagi para pedagang terompet kertas
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Wawan Perdana
TRIBUNSUMSEL,COM, PALEMBANG-Sejak dua tahun belakangan ini, momen pergantian tahun dirasa tak begitu memberi penghasilan lebih bagi para pedagang terompet kertas.
Hal inilah yang dirasakan Rohila dan Dul Hadi, pasangan suami istri pembuat sekaligus pedagang terompet tahunan di Palembang.
Warga Jalan KH Azhari Tangga Takat Palembang ini bahkan sudah sangat mengurangi barang dagangannya.
Dari biasa menjual sebanyak 1000 hingga 1500 di momen pergantian tahun, kini hanya 300 terompet saja yang mereka jual saat ini.
"Sudah hampir 14 tahun kami membuat dan menjual terompet. Tapi sejak tahun kemarin, turun drastis penjualannya. Tahun kemarin kami buat 500 dan tidak habis. Itulah sekarang hanya buat 300 terompet saja," ujar Rohila saat ditemui di kediamannya, Selasa (31/12/2019).
• Ini Prakiraan Cuaca yang Resmi, Waspada Hoaks Gempa dan Tsunami Dahsyat Malam Tahun Baru 2020
Berbagai faktor dikatakan Rohila sebagai penyebab turunnya omzet para pedagang terompet.
Mulai dari imbaun berbagai pihak agar masyarakat tidak terlalu berlebihan dalam merayakan momen tahun baru.
Isu mengenai tidak higienis terompet yang dijual pedagang.
Hingga kesukaan anak muda zaman sekarang yang lebih tertarik bermain game dibanding memainkan alat hiburan seperti terompet.
"Kami ini hanya pedagang kecil. Dengan adanya isu-isu tentang terompet, sangat mempengaruhi pendapatan kami,"ujarnya.
• 3 Bulan Tanpa Libur Nasional dan Ada yang Istimewa di Hari Jumat, Ini Daftar Libur Kalender 2020
Padahal sebagai pedagang musiman, Rohila dan keluarganya sangat berharap dapat memperoleh tambahan penghasilan dari berdagang terompet untuk bisa menambah penghasilan.
Satu terompet dijual dengan harga yang bervariasi.
Mulai dari Rp 12 ribu hingga Rp 17 ribu, tergantung keunikan dan kesulitan proses pembuatannya.
Namun apabila membeli 10 terompet, maka hasil tangan mereka akan dijual lebih murah yakni dengan harga sekitar Rp 12 hingga Rp 13 ribu.
"Biasanya kami jual ke pedagang-pedagang. Misalnya di Dusun Rambutan dan Air batu Banyuasin. Selain itu ada yang saya jual sendiri di depan ruko Jalan Sentosa. Biasanya tahun baru numpang tidak masalah, asal izin sama yang punya ruko," ujarnya.
• Hujan Deras, petir dan Angin Kencang? Ini Tips dari PLN
Kini Rohila dan suaminya hanya bisa pasrah dengan omzet minim dari berdagang terompet.
Ia pun telah bersiap apabila harus menyimpan kembali dagangannya yang bisa saja tidak laku terjual.
"Tapi semoga saja laku semua. Ya, kalau memang tidak habis, terpaksa kami simpan, masukan ke plastik kemudian disimpan untuk dijual tahun depan," ujarnya.