Warga Lahat Diterkam Macan Dahan
Ada Aktivitas Gunung Api Dempo Buat Hewan Buas Mulai Turun? Petugas Pos Pemantau Beri Penjelasan
Berdasarkan cerita nenek kami dulu, jika Harimau atau Nenek Gunung ini sudah turun maka akan ada hal buruk yang terjadi di Gunung Dempo tersebut
TRIBUNSUMSEL.COM, PAGARALAM - Beberapa hari belakangan ini hewan buas yang berpopulasi dikawasan Gunung Dempo mulai turun Gunung.
Bahkan warga dan wisatawan melihat langsung kemunculan Harimau Gunung yang mulai berkeliaran dikawasan kebun teh.
Tidak hanya itu, hewan buas ini mulai memakan korban dengan telah adanya korban yang diterkam yaitu Erfan (19) warga Sekayu yang mengalami luka robek akibat dicakar saat berkemah di Tugu Rimau.
• Kronologi Warga Tanjung Sakti Lahat Tewas Diterkam Harimau, Ini Identitas Korban
Minggu (17/11/2019) warga Desa Pulau Panas Kecamatan Tanjung Sakti PUMI Kuswanto (48) tewas akibat diterkam Harimau saat berada dikebun miliknya.
Banyaknya hewan buas yang berpopulasi di Gunung Dempo mulai turun ini membuat warga disekitar kaki Gunung Dempo khawatir.
Bukan saja takut diserang binatang buas namun takut dengan kondisi GAD saat ini.
• Macan Dahan Terkam Leher Kuswanto Warga Lahat, Sebelumnya Diduga Tewas Diterkam Harimau
Ismanto (57) salah seorang warga Pagaralam mengatakan, masyarakat Pagaralam dan sekitarnya bukan saja takut dengan Harimau yang mulai turun.
Namun masyarakat lebih takut dengan apa penyebab mulai turunnya hewan buas teraebut.
"Berdasarkan cerita nenek kami dulu, jika Harimau atau Nenek Gunung ini sudah turun maka akan ada hal buruk yang terjadi di Gunung Dempo tersebut," katanya.
Masyarakat takut jika hal ini merupakan pertanda akan ada bencana yang disebabkan oleh Gunung Api Dempo (GAD).
"Kami takut Gunung Api Dempo meletus dek. Karena jika binatang mulai turun ini pertanda Gunung mulai panas," ujarnya.
Menanggapi hal ini, Petugas Pos Pemantau Gunung Api Dempo, Megi menjelaskan, bahwa sampai saat ini kondisi GAD masih normal. Bahkan dalam satu bulan terakhir ini tidak ada aktivitas berlebihan dari GAD.
"Saat ini Status GAD masih aktif Normal. Bahkan berdasarkan rekaman alat Siesmograf di Pos GAD hanya tercatat getaran dari aktivitas hembusan di GAD.
Selain itu ada aktivitas gempaan vukanik jauh. Namun hal ini tidak membahayakan," jelasnya.
Ditegaskan Megi, diharapkan masyarakat tidak terlalu khawatir akan kondisi GAD. Pasalnya saat ini kondisi GAD aktif normal.
'Nenek Gunung'
Kejadian mengerikan baru dialami seorang wisatawan asal Sekayu saat berada di gunung Dempo.
Lelaki tersebut dikabarkan kena terkam Harimau Gunung Dempo yang turun ke kaki gunung.
Dijuluki Nenek Gunung, Harimau belang menyerang sang wistawan hingga terluka di bagian wajah.
Syukurkan sang wisatawan dikabarkan selamat dari amukan sang raja hutan.
Saat ini diketahui kepolisian dan pemerintah sudah memberikan imbauan untuk tak berkemah di sekitar kaki gunung Dempo.
Jauh dari peristiwa tersebut, Gunung Dempo sendiri memiliki banyak fakta dan kisah belum banyak diketahui.
Berikut Tribunsumsel jabarkan beberapa fakta lain dari gunung Dempo
• Kronologi Warga Tanjung Sakti Lahat Tewas Diterkam Harimau, Ini Identitas Korban
Sosok Masumai Penjaga Gunung Dempo
Masumai, begitu sebutannya pada sesosok harimau yang menjelma menjadi manusia.
Ia bersemayam di hutan ataupun di gunung Dempo.
Sesekali memperlihatkan pada orang, dan masih dipercaya menjaga gunung Dempo.
"Itu dulu ya. Sebuah kepercayaan. Mereka menyebutnya Masumai. \Dia sesosok manusia harimau menjaga dan bersemayam di gunung Dempo, atau puyang," kata pemerhati budaya, Mario Andramatik.
Kata dia, aliran-aliran kepercayaan ataupun ritual terhadap gunung Dempo sekarang ini tidak ada.
Ritual atau tradisi mengagungkan, ucapan syukur, atau sebuah kebiasaan yang dilakukan masyarakat terhadap gunung tersebut sudah tidak ada lagi.
Hal sama juga diungkapkan Vebri Al Lintani.
Ritual tentang kepercayaan adanya puyang, manusia harimau yang menjaga gunung dan bermukim disana sudah lama ditinggalkan.
Namun pada masa lalu, kepercayaan dan tradisi semacam itu masih ada tahun 1960-an.
Seiring dengan perkembangan ajaran agama baru, kebiasaan dan kepercayaan tersebut sudah ditinggalkan.
"Dempo itu asal katanya "diempukan". Artinya ditinggikan, disucikan atau dimuliakan. Sekarang sudah tidak demikian, bahkan tradisi sudah ditinggalkan," kata Vebri.
Menurut dia, pemaknaan dimuliakan, ditinggikan dan disucikan tersebut terkait masa lalu.
Sebagaimana ketika masih zaman Hindu-Budha, kepercayaan terhadap leluhur atau kepercayaan animisme-dinamise masih berkembang.
Erwan suryanegara juga mengatakan patung-patung artefak megalitik selalu menghadap ke gunung atau ke sungai.
Pada kepercayaan pemujaan terhadap leluhur di era megalitik, gunung dan sungai merupakan tempat bersemayam leluhur yang harus dihormati.
"Setelah perkembangan masyarakat dengan masuknya agama baru, tradisi itu mulai berubah dan menyesuaikan dengan yang baru," kata dia.
Dempo Meletus era Prasejarah
Budayawan Sumsel Erwan Suryanegara pernah melakukan pencarian data terkait kapan pertama kali atau keberapanya gunung Dempo meletus.
Pencarian data sejak 2004 lalu, hasilnya belum ditemukan adanya catatan mengenai gunung dengan puncak tertinggi 3159 mdpl itu meletus.
Dari pencarian tersebut, ia berkesimpulan meletusnya gunung Dempo sebelum era tertulis atau pra sejarah.
Hal ini bisa dibuktikan dengan penelitiannya mengenai sebaran batu andesit yang banyak dipahat menjadi dolmen, menhir, lumpang batu dan lain sebagainya. Batu andesit sendiri terbentuk dari luapan lava dari letusan gunung merapi yang membeku.
"Sejak 2004 mencari data dari catatan-catatan sejarah, tidak ada nama gunung Dempo. Mungkin meletusnya ketika sebelum ada tulisan," kata dia.
Menurut dia, segala kejadian dan peristiwa alam termasuk fenomena merupakan rahmat. Jika hal ini dilihat dari sisi positif.
Hewan Buas Turun Gunung
Tahun 2015 lalu warga Talang Heran Kelurahan Agung Lawasang geger dengan adanya hewan buas jenis Harimau Sumatera masuk ke permukiman warga.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya hewan peliharaan warga yaitu kambing yang ditemukan mati mengenaskan dengan separuh badannya hilang.
Kambing tersebut milik Rawi yang dikandangkannya dibawah rumahnya. Parahnya kambing tetsebut tewas dimakan diuga Harimau didalam kandangnya sendiri.
Ketua RW Gunung Agung Lama, Kamhar mengatakan, warga memastikan jika hewan ternak yang mati tersebut dimakan harimau. Pasalnya terdapat banyak jejak kaki besar menyerupai jejak kaki harimau.
"Jila dilihat dari bentuk dan ukurannya jejak kaki ini mirip dengan jejak kaki Harimau atau yang biasa kami sebut Setue Gunung," ujarnya.
"Jadi, Harimau itu masuk ke kandang kambing dengan cara mengeruk bawah pintu. Memang saat itu pemilik kambing sedang tidak ada karena ke luar talang. Ketika balik ke pondok, kambingnya sudah habis," katanya.
Favorit Pendakian
Gunung Dempo menjadi tempat favorit bagi pecinta alam untuk melakukan pendakian.
Seperti PLT Bupati Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Beni Hernedi .
Dirinya memilih berlibur dengan cara mendaki puncak gunung. Bersama timnya berhasil mencapai puncak tertinggi Gunung Dempo, Pagaralam, Sumatera Selatan (Sumsel).
" Mendaki gunung itu kan tak ubahnya sebuah kerjasama tim. Dimana, berangkat dan naiknya sama-sama,” tuturnya kepada Tribun Sumsel beberapa waktu lalu.
Perjalanan ke Gunung Dempo ditempuh melalui jalur darat Palembang-Pagaralam yang memakan waktu hingga 8 jam perjalanan menggunakan bus ataupun mobil travel.
Jika menggunakan bus sore biasanya penumpang akan diantarkan hingga ke rumah juru kunci Gunung Dempo.
Untuk penginapan ada beberapa alternatif seperti di Villa kebun teh ataupun hotel.
Jika ingin menjadi backpaker cobalah untuk menginap di kaki Gunung Dempo atau di Kampung 4 yang berada tepat beberapa meter di kaki Gunung Dempo.
Perjalanan untuk mencapai puncak Gunung Dempo dapat ditempuh melalui jalur umum pendakian. Waktu yang ditempuh mencapai 8-10 jam dengan jalur yang menanjak dan basah.
" Bagi seorang pendaki sejati gunung bukan untuk ditaklukkan, namun untuk dinikmati dan diajak bersahabat,''ujarnya
Menurutnya banyak pelajaran yang didapat dari mendaki gunung. Dari dunia pendakian inilah dapat mengenal makna kebersamaan, kekompakan, hingga cara mengambil keputusan dalam keadaan darurat sekalipun.
" Mendaki gunung itu bagaimana caranya bersama-sama mencapai puncak bukan menunggu sendirian di puncak," tambahnya.
(Wawan)