Cerita Khas Palembang
Mengenal Hendra Susanto, Wong Kito Jadi Komisioner BPK RI, pernah Jualan Laptop dan Boneka
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Hendra Susanto terpilih menjadi satu dari empat Komisioner Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI
Penulis: Hartati | Editor: Wawan Perdana
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Hendra Susanto terpilih menjadi satu dari empat Komisioner Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.
Mengikuti seleksi awal penerimaan pegawai BPK mengubah jalan hidup pria asli Palembang itu.
Berasal dari keluarga biasa, almarhum ayahnya adalah PNS yang dulu mengabdi di Lahat.
Himpitan ekonomi bahkan membuat Hendra enggan melanjutkan kuliah kala itu dengan alasan tidak ingin menjadi beban keluarga.
Ia akhirnya tetap melanjutkan kuliah di Universitas Sriwijaya (Unsri) jurusan teknik sipil.
• Disdukcapil Buka Layanan Keliling di 5 Tempat Ini, Kejar Target Cetak 20 Ribu Kartu Identitas Anak
"Saya bangga menjadi alumnus Universitas Sriwijaya berkat didikan keras almamater, alhamdulilah saya bisa berada pada posisi saat ini," ujarnya, Jumat (1/11/2019).
Berbeda latar belakang pendidikan saat bergabung bersama BPK membuat Hendra kian rajin menempa diri.
Dia juga terlecut untuk sukses berkat bimbingan atasannya yang mengatakan sukses itu harus punya lima tangan.
Tidak cukup hanya dua tangan saja.
Lima tangan itu yakni berjabat tangan atau silaturahmi.
Hal ini penting dilakukan karena silaturahmi membuka pintu rezeki.
• BREAKING NEWS Tangis Gatot Mengetahui Mayat Mengapung di Sungai Musi Ternyata Inta Ferin
Saat silaturahmi itulah pimpinannya mengatakan kenalkan siapa dirimu agar orang tahu sebab jika tidak dikenalkan orang tidak akan tahu.
Tangan kedua yakni ringan tangan atau suka membantu orang lain. Bantuan tidak harus bentuk materi atau uang tapi juga bisa tenaga dan pikiran.
Berikan bantuan ikhlas dan biarkan Allah yang membalasnya karena doa orang yang dibantu juga memberikan kontribusi kesuksesannya.
Tangan ke tiga yakni buah tangan atau apa yang bisa diberikan pada orang lain atau prestasi apa yang dihasilkan.
Tengan ke empat yakni tanda tangan yakni apa yang dihasilkan bekerja selama ini.
Jika bekerja sungguh-sungguh dan bagus maka atasan akan siap memberikan izin dan tangan tangan.
Pria berwajah oriental itu mengatakan ke empat tangan yang sudah dimiliki tetap tidak akan bisa sukses dan mengantarkannya pada pencapaian terbesarnya jika suratan tangannya yang digariskan Allah bukanlah menjadi orang sukses.
"Garisan tangan ini juga penting karena jalan hidup kita sudah direncanakan sejak dalam kandungan jadi doa orangtua, orang yang kita bantu itu membantu meluruskan garis tangan agar sukses," ujarnya.
• Mengenal Wiliam Aditya Sarana Anggota DPRD DKI Termuda, Viral Bongkar Anggaran Lem Aibon Rp 82 M
Sebelum bergabung bersama BPK, Hendra juga pernah mendaftar dan lulus masuk AKABRI.
Ibunya tidak memberikan izin sehingga mundur.
"Saya berminat pada angkatan darat bercita-cita jadi jendral tapi lulus Matra Polisi dan ditawari Angkatan laut tapi saya memilih mundur karena angkatan laut berat dan ibu tidak memberikan izin jika menjadi polisi," ujarnya.
Menolak meneruskan pendidikan AKABRI, Hendra memilih kembali ke Palembang meneruskan kuliahnya.
Saat akan menikah dan setelah menikah, Hendra juga terus memperjuangkan perekonomian keluarga dengan berjualan laptop, bekerja pada dealer menggurus pajak kendaraan hingga berjualan boneka di akhir pekan untuk menunjang perekonomian keluarga.
Ditengah himpitan ekonomi, Hendra diuji kejujuran dan tekadnya denhan banyaknya tawaran "memuluskan" audit yang diurusnya dengan iming-iming kebahagian dunia.
Namun dia dengan tegas menolak iming-iming itu dan yang didapatnya justru teror.
"Sedih kalau ingat semua itu tapi alhamdulilah semua itu sudah terlewati," ujarnya.