Berita Pendidikan

Cegah Pelajar Depresi Hingga Bullying, Kemendikbud Gandeng Psikolog Beri Pendampingan Awal

Hal utama yang sering membuat anak atau remaja depresi dan akhirnya memutuskan bunuh diri adalah merasa tidak dipahami

Penulis: Melisa Wulandari | Editor: Wawan Perdana
Tribun Sumsel/ Melisa Wulandari
Suasana ribuan siswa SMKN 5 Palembang ketika menghadiri kegiatan DPA dari APSI wilayah Sumsel. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Hal utama yang sering membuat anak atau remaja depresi dan akhirnya memutuskan bunuh diri adalah merasa tidak dipahami.

Disudutkan dan semua orang menuntut sempurna padahal kenyataannya remaja tersebut belum mampu.

Dan anggapan orang semakin dia berprestasi semua orang akan menyukai dirinya.

Padahal berprestasi dikalangan remaja tidak hanya soal akademik namun prestasi itu juga bisa dengan berlaku jujur, menjadi dirinya sendiri.

Karena tak ingin kejadian seperti ini bullying, depresi dan bunuh diri di kalangan siswa atau pelajar Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) menunjuk beberapa sekolah untuk mendapat Dukungan Psikologi Awal (DPA).

Kemkominfo Ajak Pedagang Pasar di Palembang Jualan Online, Ini Manfaat dan Caranya Bergabung

HIMPSI wilayah Sumsel pun menunjuk Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia (APSI) wilayah Sumsel untuk berkunjung dan memberikan materi ke SMKN 5 Palembang dan SMAN 19 Palembang.

Dua sekolah ini dipilih langsung oleh Kemendikbud untuk menjadi awal dari kegiatan DPA di kalangan pelajar atau siswa.

Psikolog Pendidikan Vera Bekti dan Adhissa Qonita memberikan banyak hal baru kepada siswa kelas X dan XII di SMKN 5 Palembang.

"Mencegah kejadian bullying, depresi di kalangan remaja apalagi sampai bunuh diri dan beralih ke narkoba maka dari itu kita baik sebagai teman sebaya, orangtua atau guru harus pahami dulu anaknya, kira-kira apa yang membuat dia depresi atau stress," kata Vera.

CPNS 2019 Kabupaten OKI, Hanya Dapat Jatah 59 CPNS, Formasi Guru Tidak Ada, Ini Lengkapnya

"Orang depresi kan itu moodnya suka berubah ya, hari ini baik besoknya sedih. Gak bisa juga kita keras terhadap orang-orang seperti itu, jangan biarkan mereka sendiri. Ajak dia melakukan aktifitas dan kalau bisa jangan terlalu sering mengakses informasi-informasi yang negatif," katanya.

Biasanya tanpa kita sadari orang-orang yang terkena depresi mengunggah sesuatu hal di media sosialnya. "Mengunggah foto yang sering menjadi kontroversi, dan akhirnya membuat dia dirundung dan hal itu semua semakin membuat dia sedih," ujarnya.

"Dan apabila sudah seperti ini sebenarnya orangtua atau orang terdekat itu harusnya menjadi pendengar aktif. Kita mendengarkan kemudian menggali, tidak menyalahkan, menyudutkan atau memberikan nasihat-nasihat bagi orang dewasa mungkin bisa diterima tapi bagi remaja belum tentu kan," jelasnya.

DPA ini seperti P3Knya kesehatan. "Jadi kalau sakit atau jatuh di sekolah kita diberikan pertolongan pertama dulu kan, tapi kalau parah caranya ke rumah sakit sama seperti DPA," katanya.

Santri Ponpes Raudhatul Ulum Terjatuh dari Pohon Kelapa, Kapolres Ogan Ilir Sampaikan Belasungkawa

"Kalau ada teman kita yang sudah curhat, bercerita ternyata masalahnya sangat berat dan belum bisa membantu paling gak kita harus menghubungan ke orang yang profesional misal mengarahkan ke psikolog, psikiater atau dokter sehingga dia bisa mendapat pertolongan," katanya.

Karena orang-orang yang memutuskan bunuh diri itu sebenarnya sudah memendam lama perasaannya dan sebenarnya juga mereka ini sudah menunjukan sinyal-sinyal membutuhkan pertolongan namun terkadang lingkungan tidak peka dengan hal tersebut.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved