Bayi Meninggal Akibat Asap
7 Fakta Bayi di Palembang Meninggal Diduga Akibat Kabut Asap, Sulit Bernafas dan Batuk
Diduga akibat asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), anak kedua mereka, Elsa Fitaloka (4 bulan) meninggal dunia, Minggu (15/9/2019) pukul 18.35
Penulis: M. Ardiansyah |
Rumah permanen ini belum di plester sehingga susunan batako bisa terlihat baik di luar maupun di dalam.
6. Rumah Dikepung Asap
Anak kedua Ngadirun dan Ita, akhirnya meninggal karena diduga terkena ISPA.
Kemungkinan, asap bisa masuk ke dalam rumah melalui pentilasi udara yang ada di kusen pintu dan jendela.
Lantaran, ventilasi kusen pintu dan jendela terlihat sangat besar dan tidak ditutupi.
Saat masuk ke dalam rumah, bau asap bekas bakaran juga sempat tercium.
Asap juga, terlihat berada di ruang depan dan di ruang tengah tempat jenazah Elsa disemayamkan.
7. Biaya Sendiri
Kesedihan, sangat terlihat di raut wajah istri Ngadirun yakni Ita Septiana.
Saat Tribunsumsel mendatangi rumah duka, Ita berada di bawah kaki jenazah anaknya.
Terlihat matanya sembab, karena terlalu banyak menangis. Ita tak kuasa menahan tangis, karena anak keduanya meninggal diduga terkena ISPA dari karhutla yang saat ini terjadi.
Sudah kehilangan anak, Ngadirun dan Ita juga harus mengeluarkan uang untuk biaya perawatan sang bayi Elsa Fitaloka. Karena, bayi Elsa tidak ditanggung BPJS Kesehatan atau KIS yang dikeluarkan Pemerintah.
" Yang dapat KIS hanya istri saya saja. Sedangkan saya dan anak saya Elsa tidak dapat, sebenarnya sudah beberapa kali diajukan ke Kecamatan tetapi tidak keluar- keluar," ujar Ngadirun.
Karena tidak memiliki jaminan kesehatan, mulai dari datang ke bidan desa, ke rumah sakit RS Sukajadi hingga ke RS Ar Rasyid, Ngadirun harus mengeluarkan biaya dari kantong sendiri.
Sebagai seorang buruh tani yang tidak memiliki penghasilan tetap, mau tidak mau Ngadirun mengeluarkan uang yang menjadi tabungannya untuk biaya berobat sang anak.
Namun, upaya untuk menolong anaknya juga tidak membuahkan hasil. Anak kedua pasangan ini akhirnya meninggal dunia di RS Ar Rasyid.
"Namanya demi anak, uang yang ada digunakan untuk biaya berobat. Tetapi takdir berkata lain," ungkap Ngadirun lirih.