Golkar Sumsel Bergejolak, Fatra Geser Posisi Yansuri, Iskandar Cs Ngadu ke DPP Golkar

Golkar Sumsel Bergejolak, Fatra Geser Posisi Yansuri, Iskandar Cs Ngadu ke DPP Golkar

Net
Logo Partai Golkar 

Rozak Amin, kader senior Golkar Sumsel yang juga dipecat dari jabatan, bertemu dengan Yulizar Dinoto di SoMa Jl Veteran, Senin (26/8). Keduanya membenarkan telah mengutus Iskandar.

"Kami sudah utus pak Iskandar ke pusat untuk menemui Akbar Tanjung (Dewan pertimbangan), Agung Laksono (Dewan Pakar), Abrizal Bakrie (Dewan Penasehat), Ketum Golkar Airlangga Hartarto, dan Sekjen Lodewijk F Paulus untuk menanyakan persoalan SK Kepengurusan baru tersebut," kata Rozak Amin, kader senior Golkar Sumsel yang juga dipecat dari jabatan, Senin (26/8).

Menurut anggota DPRD Sumsel ini, tujuh kader senior sudah lama berada di Golkar, dan tidak mengetahui secara pasti apa alasan hingga dicopot dari pengurus harian.

"Saya sudah sejak 1977 jadi kader Golkar dan saya memulai dari DPD II Golkar Palembang. Jadi kami mempertanyakan putusan tersebut, karena di partai ada mekanisme dan aturan AD/ART," katanya.

"Mengganti dan memecat pengurus sudah diatur, tidak dengan semena-mena, harus dilihat dahulu tingkat kesalahan dan alasannya apa? (pencopotan) Melalui mekanisme, minimal rapat. Tidak sekonyong-konyongnya ganti semaunya saja. Ini bukan perusahaan," tegas Rozak.

Rozak sebelumnya menjabat Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan Golkar Sumsel. Dia mengatakan, mereka duduk di kepengurusan Golkar selama ini melalui Musyawarah Daerah (Musda), bukan karena penunjukan tertentu.

"Saya dulu Sekretaris Golkar Sumsel periode pertama pak Alex Noerdin menjabat. Tapi apakah begitu proses kami tiba-tiba dipecat, dan kami ini sudah tua juga, dan tidak mungkin berumur di situ saja. Harusnya kami dikasih tahu dengan baik, dan saya tida ada kepentingan pribadi mengingat umur saya sudah 69 tahun. Kami tidak tahu di balik itu (pemecatan). Apakah memuluskan langkah- langkah politik lainnya, kami tidak tahu," kata Rozak yang juga pernah menjabat Sekretaris AMPI Sumsel.

Dengan mempertanyakan dasar pemecatan itu, lanjut dia, bukan pihaknya ingin melawan petinggi Golkar, tapi lebih menegakkan marwah dan aturan partai. Partai Golkar bukan partai kecil, tapi partai besar dan sudah lama ada.

"Kami tidak frontal, tapi mempertanyakan pemecatan itu. Kami malu di masyarakat dikatakan dipecat. Ada apa? Apa maling duit partai? Yang maling dan tidak aktif di partai selama ini tidak dipecat. Ada yang dari partai lain tiba-tiba dimasukkan di kepengurusan. Ada apa ini," kata Rozak.

Kejanggalan pemecatan, menurut Rozak, selain tidak sesuai dengan AD/ART partai, ada pelanggaran aturan lainnya dan cenderung tindakan ini otoriter, sewenang-wenang untuk memaksakan kehendak dan kepentingan tertentu.

"Pemecatan ini tidak memenuhi ketentu Peraturan Organisasi (PO), nomor 07 dan 08 tahun 2010. Dalam PO itu memuat mekanisme pengisian jabatan kosong dan pemberhentian pengurus yang ada. Seperti jabatan yang kosong karena ada kader meninggal seperti Abadi Darmo, Nasrun Madang dan Wasista Bambang Utoyo. Atau pun kader yang tidak aktif sama sekali," ungkapnya.

Untuk langkah selanjutnya, Rozak akan menunggu hasil pertemuan dengan DPP melalui Iskandar, apa hasil yang didapat.

"Setelah Iskandar pulang dari Jakarta kami akan rapat kembali. Soal ke aksi lapangan kami belum ke arah sana, tapi lihat dulu," tandasnya.

Senada diungkapkan Yulizar Dinoto, selaku kader Golkar yang lama mengabdi dan berjuang di partai berlambang Pohon Beringin tersebut, mempertanyakan SK pemecatan dari partai. Dia dikabarkan mendapat posisi Dewan Penasehat Golkar Sumsel.

"Kami belum dapat SK dan membacanya. Pemecatan hanya melalui WA dan hanya ada sturuktur pengurus yang direvisi. Kalau mau memasukan (pengurus baru), harusnya di kader yang sudah meninggal bisa diisi," ucap Ketua Depidar VI Soksi Sumsel ini.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved