Pemilik Ipung Salon Dibunuh
Ipung Salon Korban Pembunuhan di Mata Sahabat, di Muratara Sering Dipanggil Pungloy
Muhammad Efendi, pemilik Ipung Salon, korban pembunuhan di Kota Lubuklinggau ternyata mempunyai nama panggilan lain selain Ipung
Penulis: Rahmat Aizullah |
TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA-Muhammad Efendi, pemilik Ipung Salon, korban pembunuhan di Kota Lubuklinggau ternyata mempunyai nama panggilan lain selain Ipung.
Di Kota Lubuklinggau pria berumur 65 tahun yang mempunyai usaha salon tersebut dikenal dengan nama panggilan Ipung Salon.
Namun di Desa Lawang Agung, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) tempat ia dikebumikan ternyata lebih dikenal dengan sebutan 'Pungloy'.
"Kalau di sini (Desa Lawang Agung) orang tidak kenal dengan Ipung, kenalnya Pungloy, dari dulu dipanggil Pungloy," kata keponakannya, Jhon Iskandar (50 tahun), kepada Tribunsumsel.com, Jumat (23/8/2019).
Ia mengatakan, pamannya itu sengaja dimakamkan di Desa Lawang Agung Muratara karena keluarganya terutama sepupunya banyak berada di Desa Lawang Agung.
• Pembunuhan Ipung Salon Diduga Sudah Direncanakan, Barang Penting Milik Ipung Hilang, Bukan Uang
Ipung Salon ternyata sebelum menjalani usaha salon di Kota Lubuklinggau, sempat membuka usaha yang sama di Desa Lawang Agung Muratara.
"Awal dia buka salon itu di sini (Desa Lawang Agung), setelah itu baru pindah ke Lubuklinggau. Keluarganya banyak di sini, makanya dimakamkan di sini," kata John.
Ia mengakui Ipung Salon memang sudah jarang berkumpul bersama keluarganya di Desa Lawang Agung.
"Paling biasanya dia itu pulang ke sini pas hari lebaran atau ada acara pernikahan keluarga," ujar John.
Sementara itu, sahabat karib Ipung Salon di Muratara, Iwan menceritakan, Pungloy yang ia kenal semasa hidup adalah sosok sahabat yang baik.
• Banyak Orang yang Kenal Ipung, Kaget Saat Tahu Pemilik Salon Terkenal Itu Dibunuh dengan Sadis
"Dia sangat baik orangnya, dengan teman-temannya dulu dia tidak mudah lupa, walaupun dia sudah tinggal di Lubuklinggau," katanya.
Iwan mengaku sangat terkejut dan tak menyangka sahabat karibnya meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan.
"Dia sahabat saya, dia orang baik, jujur saya tidak menyangka kejadian ini bisa terjadi," kata Iwan, yang juga mempunyai usaha salon di Desa Lawang Agung Muratara.
Kunci Rumah Hilang
Polisi terus mengumpulkan keterangan untuk mengungkap pelaku dan motif pembunuhan Ipung alias Muhammad Efendi (58 tahun).
Ipung warga Jalan Yos Sudarso RT 11, Kelurahan Taba Jemekeh, Kecamatan Lubuklinggau Timur menjadi korban pembunuhan di rumahnya, Jumat (23/8/2019).
Ipung tewas dengan kondisi pecah tempurung kepala diduga akibat benda tumpul.
Ipung juga mengalami dua luka tusuk di leher kanan kiri, lima luka tusuk dibagian dada dan perut serta luka lecet ditangan.
Kepergian Ipung alias Pung Loi secara mengenaskan tidak disangka oleh para keluarganya.
Bahkan mereka tidak menyangka sama sekali kalau Ipung akan mengalami nasib tragis.
"Tidak menyangka sama sekali pak, karena setahu kami dia (Ipung) tidak ada musuh sama sekali," ungkap Anton keponakan Ipung di Rumah Sakit dr Sobirin pada Tribunsumsel.com.
• Mengenal Sosok Muhammad Efendi Pemilik Ipung Salon, Korban Pembunuhan di Lubuklinggau
Anton mengaku, dulu ia pernah mendengar pamannya itu ribut dengan temannya.
Namun ternyata mereka masih bersaudara dan itu sudah lama sekali.
"Itu sudah lama sekali, habis itu kami tidak pernah lagi mendengar kalau dia (Ipung) ribut-ribut dengan temannya atau sesama mereka yang punya usaha salon," ujarnya.
Anton mendapat kabar pamannya itu meninggal dunia sekitar pukul 10.00 WIB dari kakaknya.
Ketika mendapat kabar itu ia langsung meluncur menuju rumah korban.
"Ketika datang, polisi sudah ramai, saya membantu polisi mengemas barang-barangnya, cincin, gelang semuanya masih utuh. Termasuk uangnya masih utuh. Tapi bukan Rp 15 juta melainkan hanya Rp 13,1 Juta," paparnya.
Namun yang hilang yakni kunci rumah, biasanya pamannya itu selalu rapi, kunci rumah dan seluruh kunci lemari selalu digabung dalam satu gantungan.
Usai kejadian itu mereka telah mencari-carinya kemana-mana, namun, tidak ketemu.
"Termasuk kami dapat informasi dari temannya kalau dua hari lalu mereka bertemu, ternyata Hp (Ipung) ada tiga, tadi kami cari yang ketemu hanya satu, duanya mungkin hilang," tambahnya.
Ia membenarkan jika pamannya itu pernah menikah mereka dikaruniai dua orang anak, satu perempuan bekerja di Prabumulih, satu laki-laki bekerja di Bengkulu.
"Sedangkan istrinya di Palembang punya usaha jahit," ujarnya.