Cerita Khas Palembang
Sejarah Lengkap Pembangunan Jembatan Ampera Palembang, Ide Muncul Sejak Zaman Belanda
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Datang ke Palembang rasanya belum lengkap apabila belum foto dengan latar Jembatan Ampera
Penulis: Weni Wahyuny |
Pada masa itu, jelas Ikhsan selain kapak Marie, sarana angkutan sungai Musi lainnya hingga ke wilayah Batanghari Sembilan adalah perahu kajangan dan kapal roda lambung yang merupakan kapal uap yang digerakkan roda yang berada di belakang atau di samping badan kapal.
"Semangat membangun jembatan Musi atau Ampera ini kemudian ada kembali di awal kemerdekaan RI pada masa pemerintahan Walikota HM Ali Amin pada 1956," terangnya.
Pada waktu itu Palembang sangat berharap pada bantuan karena jembatan Musi sebagai proyek yang meningkatkan kelancaran hubungan lalu lintas darat antar kedua tepi sungai Musi di kampung 10 Ulu dan 16 Ilir.
Setelah perjuangan yang cukup panjang untuk mendapatkan bantuan pembangunan jembatan ini maka Walikota H M Ali Amin dibantu oleh Gubernur Sumsel, penguasa perang Panglima Kodam IV Sriwijaya dan lain sebagainya memperjuangkan pembangunan ini.
Akhirnya Presiden Soekarno menyetujui pembangunan Jembatan Musi tersebut sebagai proyek pusat yang dananya ditanggung oleh pampasan perang Jepang.
Sementara Pemerintah Kota Palembang ditugaskan menaksir dan menyelesaikan pembayaran ganti rugi pembebasan lahan.
"Pada proses pembangunan jembatan ini titik lokasinya menimbulkan perbedaan antar Pemerintah pusat dan kota," jelasnya.
Pemerintah pusat, lanjut Ikhsan meletakkannya secara makro dengan menjadikannya sebagai jalan bypass dalam mengadakan hubungan antar kota tanpa masuk dan melalui kota.
Pertimbangannya untuk menjaga lalu lintas kapal pengangkut pasokan batubara Kertapati yang akan terhalang jika Jembatan Musi dibangun di tengah kota.
Sementara Pemkot meletakkan masalahnya kepada keruwetan lalu lintas penyeberangan melalui sarana kapal Marie yang makin tidak mencukupi.
• Sejarah Sekojo Palembang, Pernah Jadi Landasan Pacu dan Nama Berasal dari Bunga Jepang
"Akhirnya pilihan lokasi ditetapkan di tempat kapal penyeberangan 10 Ulu-16 Ilir sedangkan masalah lalu lintas kapal diakomodasi dengan menjadikan jembatan Musi sebagai jembatan gantung," terangnya.
Setelah dikerjakan siang dan malam sejak April 1962, pada bulan Mei 1965 proyek Jembatan Musi selesai dibangun.
Sejak tanggal 10 November 1965 dibuka untuk lalu lintas umum dan diresmikannya dengan nama Jembatan Bung Karno.
Begitu besarnya proyek pembangunan ini di mata masyarakat lokal hingga kni sebagian masyarakat Palembang masih tetap menyebutnya sebagai Jeramba Proyek.
Ikhsan menerangkan menurut catatan sejarah yang ditemukan di ruang siber, proyek Jembatan Musi yang menelan biaya US $ 11.782.000 ini termasuk proyek pampasan perang yang selesai dan berjalan secara efisien.