Jembatan Musi IV Kerap jadi Tempat Nongkrong, Ada CCTV 24 Jam
Jembatan Musi IV menjadi salah satu ikon kebanggaan masyarakat kota Palembang.
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Prawira Maulana
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Jembatan Musi IV menjadi salah satu ikon kebanggaan masyarakat kota Palembang.
Jembatan sepanjang 1.130 meter dan lebar 12 meter tersebut, digadang-gadang mampu mengurangi kemacetan yang sangat sering terjadi di jembatan Ampera.
Tak hanya menjadi penghubung antara seberang Ilir dan seberapa ulu saja, nyatanya jembatan Musi IV juga kerap kali menjadi tempat nongkrong bagi anak muda.
Khususnya saat malam hari dengan suasana lampu kerlap kerlip dan tidak terlalu terang. Semakin menjadikan anak muda tertarik untuk menghabiskan malamnya disini.
Menanggapi hal tersebut, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 3.6 Sumsel ( Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional V), Budi Karusi mengatakan, jembatan Musi IV dibangun dengan perencanaan yang matang.
Baik konstruksi jembatan hingga tata cahaya lampu semuanya sudah berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
"Misalnya lampu, memang sudah sesuai standar. Sebab kalau terlalu terang, justru silau cahaya dapat membahayakan pengemudi yang melintas," ujarnya saat ditemui Sabtu (27/7/2019).
Terkait maraknya aksi kejahatan di Musi IV, seperti kerap kali dijadikan tempat tawuran atau berkelahi hingga tindak kriminal seperti aksi jambret dan penodongan yang melibatkan anak muda disana, Budi mengatakan, sejatinya di tiang-tiang jembatan Musi IV terpasang kamera CCTV yang siap memantau tempat tersebut selama 24 jam.
Untuk itu, dia mengimbau bagi seluruh masyarakat agar tidak melakukan hal-hal tak pantas yang merugikan keindahan atau bahkan perbuatan jahat disekitar wilayah jembatan.
"Kita ada CCTV dan bisa juga kita laporkan ke polisi bagi yang melakukan tindakan tak pantas disini. Tapi sayangnya justru anak-anak muda dibawah umur yang banyak membuat ulah disini," ungkapnya.
Namun, lanjutnya, keamanan dan kenyamanan di tempat umum termasuk di jembatan Musi IV, semua itu kembali lagi pada kesadaran masyarakat.
"Ya benar, kembali lagi pada kesadaran masing-masing. Kami tidak bisa menghalangi orang untuk berkunjung disini. Tapi setidaknya harus ada rasa saling memiliki guna menjaga keamanan dan kenyamanan di fasilitas umum," ujarnya.