Hujan-hujan Tetap Terjun, Aksi 18 Penerjun Payung di BKB Palembang Buat Heboh
Pengunjung Benteng Kuto Besak (BKB) heboh menyambut 18 penerjun payung turun disela kegiatan Jalan Santai dan Karnaval Kebhinekaan dengan tema
Penulis: Weni Wahyuny | Editor: Prawira Maulana
- Baru Terlihat Titik Pendaratan di Ketinggan 300 Meter
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Pengunjung Benteng Kuto Besak (BKB) heboh menyambut 18 penerjun payung turun disela kegiatan Jalan Santai dan Karnaval Kebhinekaan dengan tema "Wong Kito Galo Bersatu merajut kebhinekaan membangun kebersamaan dalam keberagaman. guna mewujudkan Indonesia unggul, Sabtu (20/7/2019).
Satu per satu penerjun turun ke pelataran BKB di hadapan Gubernur Sumsel H Herman Deru dan istri, Pangdam II Sriiwijaya, Kapolda Sumsel, jajaran Pemerintah dan anggota TNI maupun Polri serta masyarakat umum yang menyambut dengan gembira. Semua bertepuk tangan saat penerjun mulai mendekati titik pendaratan, pengunjung bertambah heboh saat kaki penerjun mulai menyentuh bumi.
Hujan yang turun saat terjun payung dimulai tak menyurutkan masyarakat untuk meninggalkan BKB. Mereka bergegas mencari tempat berteduh namun tetap pandangan mengarah ke para penerjun sembari mengarahkan ponsel untuk mengabadikan momen tersebut.
18 penerjun mendarat dengan sempurna, hanya beberapa saja penerjun yang spottingnya kurang tepat sehingga mendarat di sekitaran BKB. Meski begitu para penerjun selamat dan tak satupun mengalami cedera.
18 penerjun yang memeriahkan kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah Pendidikan Kepolisian Negara Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yulius Audie Sonny Latuheru yang anggotanya diisi oleh anggota TNI dan Polri, tiga diantaranya adalah dari sipil yakni dari Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Sumsel H Akhmad Yusuf Wibowo, Ari dan Rusli.
Sudah tak muda lagi tak membuat Yusuf yang merupakan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Sumsel ini berhenti untuk terjun payung. Ia sangat antusias untuk terjun bersama dengan anggota TNI dan Polri. Bahkan ia tak dapat menjawab kapalnya akan pensiun dari olahraga terjun payung.
"Pensiunnya (terjun payung) sampai hayat dikandung badan (selama masih hidup di dunia)," katanya.
Diakuinya bahwa cuaca saat penerjunan kurang mendukung. Hujan yang terjadi saat kegiatan membuat tim terutama dirinya sedikit kesulitan untuk melihat spot yang ada di JSC. Yusuf pula mengaku begitu keluar dari pesawat, ia langsung masuk ke gumpalan awan.
"Jadi saat didrop di atas itu langsung masuk awan sehingga disorientasi tempat pendaratannya. Begitu kelihatan (tempat pendaratan), jarak saya sudah jauh," ungkapnya yang sempat masuk ke Sungai Musi sekitaran BKB.
Sementara ketua regu terjun payung pada Jalan Santai dan Karnaval Kebhinekaan, Kombes Pol Yulius Audie Sonny Latuheru menjelaskan bahwa rencana tim untuk terjun di ketinggian 7.000 kaki batal dilaksanakan lantaran cuaca yang sangat buruk. Ia mengungkapkan di ketinggian 7.000 tersebut saat itu sungai Musi sama sekali tidak terlihat, apalagi sasaran pendaratan yang sama sekali tidak terlihat.
"Akhirnya kita hanya terbang di 3.000 kaki dan 3.000 itu pun juga tidak kelihatan," terangnya.
Karena antusiasme penonton, sambung Audie membuat dirinya dan tim memutuskan untuk tetap terjun dengan tetap memperhatikan fakto-faktor keamanan.
"Sebelumnya kami melakukan breafing bahwa jika tidak bisa masuk ke titik pendaratan, penerjun boleh mendarat dimana saja asal aman. Karena itu terbukti ketika keluar dari pesawat, sasaran pendaratan tidak terlihat sama sekali. Jadi kita masih mencari-cari," bebernya.
Ia melanjutkan banyak yang ketika mampu melewati awan, baru tahu bahwa ternyata penerjun berada di posisi yang salah. Akhirnya sesuai dengan prosedur, penerjun melakukan alternatif mencari tempat pendaratan yang aman.