Siswa SMA Taruna Indonesia Tewas

Izin SMA Taruna Indonesia Terancam Dicabut Jika Terbukti Lakukan Pelanggaran Terstruktur

Kasus kekerasan pada Masa Orientasi Siswa (MOS) di SMA Taruna Indonesia Semi Militer Plus Palembang berakibat jatuhnya korban meninggal

Tribun Sumsel/ Shinta Dwi Anggraini
Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Widodo 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Kasus kekerasan pada Masa Orientasi Siswa (MOS) di SMA Taruna Indonesia Semi Militer Plus Palembang berakibat jatuhnya korban meninggal.

Izin sekolah yang digadang-gadang menerapkan sistem semi militer dalam sistem belajar mengajarnya itu kini terancam dicabut.

Hal ini disampaikannya Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Sumsel, Widodo ketika ditemui di Rumah Sakit RK Charitas sesaat setelah menjenguk kondisi Wiko.

Wiko merupakan siswa SMA Taruna Indonesia Semi Militer Plus Palembang yang diduga menjadi korban kekerasan saat mengikuti MOS di sekolah tersebut.

"Apabila ditemukan pelanggaran-pelanggaran berat yang dilakukan secara terstruktur, maka bisa izin sekolah tersebut bisa dicabut."

"Misalnya, sebelum mengajar apakah pihak sekolah memberitahu ke guru mengenai batas maksimal hal-hal yang boleh dilakukan. Kalau tidak, berarti itu terstruktur. Maka bisa kita cabut izin sekolahnya,"ujar Widodo, Rabu (17/7/2019).

"Tapi perlu dilihat lagi apakah itu pelanggaran terstruktur atau penyimpangan oleh oknum. Sebab sekarang kami masih dalam tahap evaluasi,"sambungnya.

Pemprov Sumsel Siap Bantu Biaya Pengobatan Wiko, Korban Kritis Kasus SMA Taruna Indonesia

Widodo menjelaskan, sejatinya masa orientasi siswa merupakan momen pengenalan lingkungan sekolah bagi para peserta didik baru.

Bukan justru dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk melakukan kekerasan fisik pada orang lain.

"Walaupun itu sekolah semi militer, pelatihan fisik ada ukurannya. Saat melampaui ukuran batas kemampuan fisik, maka seperti ini hasilnya. Terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan,"kata dia.

Sebelumnya, masyarakat dikagetkan dengan kabar tewasnya Delwyn Berli Juliandro (14) karena mengalami kekerasan saat mengikuti MOS di sekolah SMA Taruna Indonesia Semi Militer Plus Palembang, Sabtu (13/7/2019).

Tak cukup sampai disitu, terungkap pula bahwa ada satu korban lain atas nama Wiko Jerianda (16) yang juga diduga kuat menjadi korban atas kasus yang sama.

Saat ini kondisi Wiko masih belum sadar dan sedang menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit RK Charitas Palembang.

Tidak Masuk Akal

Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan masih terus melakukan evaluasi menyeluruh SMA Taruna Indonesia Palembang.

Evaluasi mulai dari kurikulum yang digunakan hingga mekanisme soal perekrutan tenaga pengajar.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, Widodo menyesalkan kenapa sekolah menugaskan guru yang baru masuk atau diterima baru satu pekan itu sebagai pembina Masa Orientasi Siswa (MOS).

Selain itu, guru yang ditunjuk itu bukanlah guru olahraga yang notabennya memahami soal takaran dalam pemberian pelatihan fisik pada siswa.

"Dia (Tersangka) itu diterima sebagai guru BK disana tapi kok malah jadi pembina MOS dan memberi pelatihan fisik ke siswa padahal bukan bidangnya,"

"Ini tidak masuk akal. Saya nilai dia belum dewasa secara Psikologis, belum bisa mengatur emosi dia sendiri makanya ketika kondisi lelah emosinya memuncak," jelasnya, Rabu (17/7/2019).

Lanjut Widodo, dalam aturan pelaksanaan MOS sendiri tidak dibenarkan melakukan kontak fisik, walaupun setingkat sekolah militer pun pelatihan fisik ada takarannya.

RS Charitas Bentuk Tim Khusus Berbagai Ahli Periksa Wiko, Siswa Korban Kekerasan Orientasi Sekolah

Saat sudah melampaui ukurannya maka peristiwa seperti inilah yang terjadi.

"MOS itu isinya mengenalkan, menerima mereka, dan mereka merasa diterima oleh guru dan lainnya," jelasnya.

Menurutnya, Kegiatan yang dilakukan di luar komplek sekolah harus mendapatkan izin dari Dinas Pendidikan sehingga dapat dimonitor perkembangannya,

Kalau kemudian tidak termonitor maka kejadian seperti ini bisa terulang.

"Selama ini belum ada izin dari kita untuk kegiatan di luar sekolah makanya kita tidak bisa mengawasinya. Padahal, Dinas selalu mengontrol semua kegiatan di sekolah," jelasnya.

Widodo bahkan memastikan tak segan menyetop izin operasional sekolah tersebut jika nanti terbukti bahwa kekerasan dan pelanggaran yang dilakukan secara terstruktur.

"Kita akan cek apakah ini hanya oknum atau memang kesalahan prosedur dari sekolah. Kalau ini murni kesalahan oknum kita tidak bisa cabut tapi jika terstruktur akan saya cabut," tutupnya.

Obi Frisman (24 tahun), tersangka penganiayaan terhadap Delwyn hingga tewas ternyata baru menyelesaikan pendidikannya tahun 2019 ini.

Obi merupakan merupakan alumni dari universitas di Palembang jurusan psikologi.

Melihat ada lowongan pekerjaan di SMA Taruna Indonesia, Obi kemudian melamar pekerjaaan. Kemudian diterima.

"Melihat ada buka pekerjaan dan yang dicari jurusan psikologi, saya melamar pak, dan diterima," katanya setelah gelar rilis bersama Kapolresta Palembang.

Pada saat masa orientasi sekolah (MOS), Obi ditunjuk sebagai pembina.

Obi menuturkan, sempat membantu saat Delwyn terjatuh ketika menjalani orientasi sekolah.

"Saat korban terduduk, saya sempat bantu dan tolong, lalu korban tak sadarkan diri, kemudian tim kesehatan membawa ke rumah sakit," ungkapnya.

Mengetahui korban meninggal dunia, sambung Obi, dirinya pun panik dan tak tahu harus bagaimana lagi.

"ini pelajaran bagi saya, saya menyesali perbuatan itu. Dan memohon maaf kepada keluarga korban," ungkapnya.

Saat ini Obi telah dibawa ke Sel Polresta Palembang yang dikawal petugas pidum (pidana umum) dan petuga Tekab 134, Polresta Palembang.

Delwyn (14 tahun), siswa SMA Taruna Indonesia meninggal saat mengikuti MOS akhir pekan tadi.

Kapolresta Palembang, Kombes Pol Didi Hayamansyah mengatakan, polisi masih terus memeriksa dan mendalami kasus tersebut.

"Karena itu, tidak menutup kemungkinan akan ada pelaku lain dan korban lain" kata Kapolresta Palembang.

Kapolres juga mengimbau yang mengalami kejadian serupa untuk melaporkan kejadiannya ke Polresta Palembang.

"Kami tunggu dan tentu kami terima laporannya, apabila masih ada korban lagi, yang menjadi korban di sekolah tersebut," bebernya.

Untuk sementara pihak kepolisian masih menetapkan satu orang tersangka terkait meninggalnya Delwyn.

"Sementara ini Obi pelaku tunggal, tapi kita juga terus masih pelakukan pendalaman. Untuk saksi yang didatangkan sudah 21 orang, kita minta keterangan terdiri dari siswa, pembina, dan pengawas saat malam kejadian," ungkapnya.(SP/ Rahmaliyah)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved