Seputar Islam
Tata Cara Itikaf 10 Hari Terakhir Ramadan dan Hal-hal yang Membatalkan Itikaf (Rukun dan Syarat)
Syarat Lengkap Rukun Itikaf Selama 10 Hari Terakhir Ramadan, Serta Pembatalan Itikaf
Penulis: Abu Hurairah | Editor: M. Syah Beni
Shafiyah ra, istri Nabi menuturkan, “Aku datang mengunjungi Rasulullah saw di suatu malam saat beliau sedang beri’tikaf. Saat pulang, beliau mengantarku. Tiba-tiba ada dua orang sahabat Anshar. Melihat Nabi, keduanya hendak kabur. Nabi pun memanggil keduanya, ‘Tetaplah di situ! Perempuan ini adalah Shafiyah binti Huyay.’ ‘Subhanallah, wahai Rasulullah,’ kata mereka. Beliau pun bersabda, ‘Setan menjalar pada manusia melalui aliran darahnya. Aku khawatir setan membuat kalian berdua berprasangka buruk.’.” (Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim)
2. Menyisir rambut, bercukur, memotong kuku, membersihkan badan, memakai pakaian yang bagus, dan memakai wewangian. ‘Aisyah ra berkata, “Ketika Rasulullah saw sedang beri’tikaf di masjid, beliau menongolkan kepala lewat celah kamar. Aku pun membersihkan kepala beliau.” Dalam riwayat Musaddad disebutkan, “Aku menyisir rambut beliau padahal aku sedang haid.” (Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)
3. Keluar masjid untuk suatu keperluan atau kedaruratan.
4. Makan, minum, dan tidur di masjid dengan tetap menjaga kebersihan.
6. Pembatal I’tikaf
Beberapa perkara yang membatalkan i’tikaf adalah:
1. Sengaja keluar dari masjid tanpa suatu keperluan meskipun hanya sebentar. Sebab, dengan begitu ia tidak tinggal dan berdiam di masjid; padahal tinggal dan berdiam di masjid merupakan rukun i’tikaf.
2. Murtad. Sebab kemurtadan menghapuskan amal sebagaimana difirmankan oleh Allah, “Apabila kamu mempersekutukan (Allah), niscaya hapuslah amalmu.” (Az-Zumar: 65)
3. Hilang akal, baik karena gila maupun mabuk.
4. Haid dan nifas, bagi perempuan.
5. Bersetubuh. Hal ini berdasarkan firman Allah, “(Tetapi) janganlah kalian menggauli mereka, sedangkan kalian beri’tikaf di masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kalian mendekatinya!” (AL-Baqarah: 187)
Jika seseorang hanya bersentuhan dengan suami/istrinya tanpa diiringi syahwat, maka tidak apa-apa. Sebab, ‘Aisyah juga pernah menyisir rambut beliau saat beliau sedang i’tikaf.
Mengenai ciuman dan sentuhan yang diiringi syahwat, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad berpendapat, ia telah melakukan kesalahan, namun i’tikafnya tidak batal, kecuali jika ia mengeluarkan madzi atau mani. Sedangkan menurut Imam Malik, i’tikafnya telah batal meskipun ia tidak mengeluarkan cairan.
Demikianlah gambaran singkat i’tikaf sesuai sunnah sebagaimana dijelaskan oleh para ulama. Semoga kita dapat meneladani mereka meskipun hari ini umumnya kita baru dapat mengerjakan sebagian kecil dari praktik yang semestinya. Wallahu al-Muwaffiq.
sumber: Majalah YDSUI (KH Imtihan Asy-Syafi'i, Mudir Ma'had Aly An-Nuur Liddirosat Al-Islamiyah)