Seputar Islam
Tata Cara Itikaf 10 Hari Terakhir Ramadan dan Hal-hal yang Membatalkan Itikaf (Rukun dan Syarat)
Syarat Lengkap Rukun Itikaf Selama 10 Hari Terakhir Ramadan, Serta Pembatalan Itikaf
Penulis: Abu Hurairah | Editor: M. Syah Beni
Namun demikian, menurut para imam madzhab yang empat, ia sudah boleh keluar saat terbenamnya matahari akhir Ramadhan.
Kebanyakan kita bercerita atau menyampaikan keinginannya untuk beri’tikaf di 10 akhir Ramadhan, sebenarnya yang kita kerjakan hanya i’tikaf di sebagian malam 10 akhir Ramadhan (selain sebagian malam dihabiskan di rumah, siang pun digunakan untuk bekerja).
Bagaimanapun ini tidak disebut i’tikaf 10 akhir Ramadhan.
Karenanya, janganlah kita merasa sudah mengerjakan i’tikaf sebagaimana yang dikerjakan oleh Rasulullah saw dan para Salaf.
Apalagi para ulama menyarankan—bahkan ada yang mewajibkan—untuk mengqadha' i’tikaf yang tidak tuntas. Nabi pernah beri’tikaf di 10 akhir Syawal sebagai qadha’ karena tidak beri’tikaf di bulan Ramadhan. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. I’tikaf Sesaat
I’tikaf yang dilakukan oleh kebanyakan kita adalah i’tikaf putus-putus.
Seseorang dianggap—secara syar’i—beri’tikaf apabila ia berniat untuk menetap di masjid selama masa tertentu.
Selama ia masih berada di masjid, ia masih mendapatkan keutamaan dan pahala i’tikaf.
Apabila ia keluar kemudian kembali lagi ke masjid untuk beri’tikaf, baik siang maupun malam, maka ia harus berniat lagi.
Tanpa niat, ia tidak mendapatkan keutamaan dan pahala i’tikaf.
4. Sunnah Makruh I’tikaf
Mu’takif (orang yang beri’tikaf) disunnahkan untuk banyak-banyak melaksanakan ibadah sunnah, menyibukkan diri dengan shalat, membaca al-Qur'an, membaca tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar, shalawat, dan ketaatan-ketaatan lain yang dapat mendekatkannya kepada Allah.
Termasuk di dalamnya, mengkaji ilmu syar’i, mempelajari kitab-kitab tafsir, hadits, dan kitab-kitab lainnya.
Ia dimakruhkan untuk menyibukkan diri dengan perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat, tapi juga makruh untuk tidak berbicara sama sekali jika ia mengira tidak berbicara unsich dapat mendekatkannya kepada Allah.
5. Mubah I’tikaf
Ada beberapa perkara yang boleh dilakukan oleh seorang mu’takif, yaitu:
1. Keluar dari tempat i’tikaf untuk mengantar keluarga memenuhi kebutuhan mereka.