Berita Viral

Beredar Viral Video Pria Loncat dari Atas Gedung Swalayan di Lampung, Warga Teriak Histeris

Sempat beredar sebuah video bunuh diri di sebuah gedung sawalayan di Lampung; Sempat beredar sebuah video bunuh diri di sebuah gedung sawalayan

instagram Lambu Turah
Beredar Viral Video Pria Loncat dari Atas Gedung Swalayan di Lampung, Warga Teriak Histeris 

TRIBUNSUMSEL.COM-Sempat beredar sebuah video bunuh diri di sebuah gedung sawalayan di Lampung.

Video yang diunggah akun Instagram @lambe_turah Jumat (22/2/2019) memperlihatkan sosok pria berdiri di ujung sebuah gedung swalayan.

Fakta-fakta Baru Bidan Diperkosa di Ogan Ilir Hasil Penyidikan, Ada Kejanggalan Secara Ilmiah

Baharuddin Ikhlaskan Kepergian Bapaknya yang Meninggal Dilindas Kereta Api di Kertapati

Seorang yang merekam video tersebut bertanya-tanya apa yang dilakukan pria tersebut.

"Masa iya sih"katanya sembari merekam pria di atas gedung.

Tak lama kemudian pria tersebut menjatuhkan tubuhnya dari atas gedung.

Sejumlah orang yang ada di lokasi serentak berteriak saat menyaksikan pria tersebut menjatuhkan dirinya.

Tak diketahui secara pasti mengenai kondisi pria tersebut.

Meurut akun ini pria tersebut bunuh diri.

"Terjadi aksi bunuh diri

Di salah satu swalayan di Lampung
.
Blm di ketahui penyebab
Korban nekat melakukan aksi itu
.
Semoga kita semua di jauhin dri pemikiran pendek gitu yess"

Tak lama berselang akun Instagram ini menghapus video aksi bunuh diri.

Hingga kini Tribunsumsel.com mencari kebenaran di balik viralnya aksi bunuh diri tersebut.

Penyebab bunuh diri

Dilansir dari Kompas, secara garis besar, dokter sekaligus penulis yang fokus pada kesehatan jiwa, Alex Lickerman, memberikan enam alasan orang mencoba bunuh diri.

1. Depresi

Depresi adalah alasan umum di balik aksi bunuh diri. Saat depresi, seseorang akan merasa menderita sehingga bunuh diri dianggap sebagai jalan keluar dari situasi tersebut.

"Tahap depresi bisa menyesatkan pemikiran mereka. Kemudian, muncul ide seperti 'semua orang akan lebih baik tanpa saya'. Dia akan mencoba untuk membuatnya masuk akal," kata Lickerman dikutip dari Psychology Today

Depresi, kata Lickerman, bisa disembuhkan melalui pengakuan dari orang-orang terdekat.

Namun, sayangnya penderita depresi biasanya merencanakan aksi bunuh diri mereka dalam senyap dan tanpa diketahui orang.

Lickerman menyarakan, jika Anda merasa curiga dengan tanda depresi pada orang terdekat, sebaiknya bersiap dengan kemungkinan aksi bunuh diri yang dilakukan.

Jika kesadaran itu telah muncul, Anda bisa membantunya menangkal keinginannya untuk mengakhiri hidup.

2. Gangguan jiwa

Penderita psikosis alias gangguan jiwa berat mengalami delusi. Mereka kerap mendengar suara-suara tak nyata yang memerintahkan mereka untuk melakukan sesuatu, termasuk bunuh diri tanpa alasan jelas.

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa psikosis bisa disembuhkan.

Jika ditangani dengan baik, suara-suara yang didengar penderita bakal kehilangan kekuatannya.

3. Dorongan impulsif

Aksi percobaan bunuh diri terkadang dilakukan sebagai tindakan impulsif akibat pengaruh obat-obatan atau alkohol.

Saat sadar, orang-orang dengan dorongan impulsif ini akan merasa malu atas apa yang dilakukannya.

Namun, kebiasaan impulsif ini bisa saja terulang kembali dengan tak terduga. 

"Mereka bisa mencobanya lagi saat mereka mabuk," ujar Lickerman. 

4. Mencari pertolongan tapi tak tahu caranya

Sebagian orang melakukan aksi percobaan bunuh diri lantaran tak tahu bagaimana caranya mendapat pertolongan. 

Lickerman menyebut, orang-orang jenis ini sesungguhnya tak memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup.

Aksi percobaan bunuh diri dilakukan hanya untuk mengingatkan orang-orang sekitar bahwa ada sesuatu yang salah pada dirinya.

"Saya telah menyaksikan lebih dari satu remaja meninggal dengan mengerikan di ruang ICU setelah menyesali aksi percobaan bunuh dirinya," ujar Lickerman.

5. Ada hasrat untuk mati

Bagi sebagian orang, keputusan untuk mengakhiri hidup menjadi masuk akal. Orang-orang jenis ini biasanya termotivasi oleh penyakit kronis yang dideritanya.

Mereka menganggap tak ada harapan sembuh dari penyakit yang diderita.

Orang-orang jenis ini, kata Lickerman, tidak mengalami gangguan mental. Mereka mencoba untuk mengontrol takdir dan menghilangkan penderitaan yang terkadang hanya bisa terjawab dengan kematian. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved