Kronologis Selamatnya Rombongan IGTK Pagaralam dari Tsunami, Panik dan Diselamatkan Warga
Rombongan Ikatan Guru Taman Kanak-kanak (IGTK) Kota Pagaralam melihat langsung kejadian Tsunami di Lampung, Sabtu (22/12/2018).
Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Wawan Septiawan
TRIBUNSUMSEL.COM, PAGARALAM - Rombongan Ikatan Guru Taman Kanak-kanak (IGTK) Kota Pagaralam melihat langsung kejadian Tsunami di Lampung, Sabtu (22/12/2018).
Saat itu mereka sedang studi banding ke Provinsi Lampung. Hari mereka sudah tiba kembali di Pagarlam dalam keadaan selamat.
Meskipun sebanyak 78 anggota IGTK Pagaralam selamat dan tidak mengalami apa-apa, namun akibat kejadian tersebut masih menimbulkan sedikit tauma.
Pasalnya saat kejadian rombongan ini sempat terjebak di lokasi dan tidak bisa kemana-mana sampai harus diungsikan sementara dirumah warga sekitar.

Informasi yang dihimpun sripoku.com, Senin (24/12/2018) menyebutkan, sebelum kejadian gelombang tinggi tersebut terjadi, rombongan IGTK Pagaralam sempat mengunjungi objek wisata Pantai Pahawang.
Salah satu anggota IGTK Pagaralam, Gustini mengatakan, rombongan setelah dari pantai Pahawang hendak kembali ke hotel karena kondisi cuaca yang sudah mendung.
Namun saat di perjalanan sudah terlihat kepanikan warga setempat.
"Kami yang hendak kembali ke hotel tiba-tiba dihentikan warga untuk tidak melanjutkan perjalanan. Pasalnya jembatan yang akan kami lalui putus akibat tsunami," ujarnya.

Melihat himbauan warga tersebut rombongan sempat hendak putar balik untuk kembali ke pantai Pahawang lagi.
Namum warga yang sama menyarankan untuk tidak kembali pasalnya pantai Pahawang juga menjadi lokasi yang terkena dampak Tsunami.
"Warga tidak menyarankan kami kembali pulang ke pantai Pahawang. Namun warga mengarahkan kami untuk menuju ke lokasi yang lebih tinggi karena memang banyak warga yang menuju ke bukit dan kami diungsikan ke rumah warga," jelasnya.
Melihat kepanikan warga tersebut anggota IGTK Pagaralam juga sempat panik dan takut serta kebingungan.
Namun karena kebaikkan warga setempat rombongan terhindar dari bencana yang banyak menelan korban tersebut.
Peristiwa gelombang tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) malam dinilai sebagai fenomena unik.
Pasalnya peristiwa semacam itu baru pertama kali terjadi di Indonesia.
Peneliti Bidang Geofisika Laut Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI), Nugroho Dwi Hananto, mengatakan peristiwa semacam ini merupakan fenomena unik dan langka.
Nugroho beralasan gelombang tsunami yang terjadi di Selat Sunda dikatakan unik karena tidak disertai gempa yang besar.
Selain itu tidak juga disertai letusan gunung api maupun angin ribut atau angin topan yang besar.
“Semuanya seperti biasa-biasa saja tapi tiba-tiba air naik dan naik lagi dengan kuat sehingga menyebabkan banyak kerugian dan juga mencabut nyawa manusia,” ungkapnya.
Adapun sebelum tsunami Selat Sunda yang terjadi kemarin, bencana serupa dan lebih dahsyat pernah terjadi pada tahun 1883 silam.
Ketika itu, tsunami besar yang terjadi menelan ribuan korban jiwa setelah Gunung Krakatau meletus dahsyat.
Penulis: Junianto Hamonangan
BMKG Peringatkan Warga Tidak Beraktivitas di Perairan Berpotensi Gelombang Tinggi, Ini Daftarnya
Erupsi dan guncangan yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau diduga menjadi timbulnya tsunami di Lampung dan Banten.
Penjelasan BMKG Kenten Palembang terkait yang terjadi di Selat Sunda karena aktivitas Anak Gunung Krakatau tidak Berdampak bencana untuk Sumsel.
"Karena lokasi cukup jauh dan topografi berbeda serta tidak berhadapan langsung dengan Selat Sunda. Namanya tidak akan berdampak," katanya Kasi Observasi dan Informasi BMKG Kenten Palembang Nandang, Minggu (23/12/2018).
Namun, BMKG juga mengingatkan untuk potensi gelombang tinggi di daerah-daerah pesisir pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia sampai dengan tanggal 25 Desember 2018.
"Untuk Prakiraan Tinggi gelombang Di perairan selat Bangka bisa di akses
www.bmkg.go.id dan InfoBMKG," katanya.
BMKG juga mengingatkan warga yang tinggal disejumlah daerah pantai yang terdaftar berisiko gelombang tinggi, supaya tidak beraktifitas di pantai.
Ini daftarnya :
Ifan Seventeen Ceritakan Detik-detik Tsunami Menimpa Dirinya, Sempat Terseret Hingga Ketengah Laut
Bencana Tsunami menerjang pantai Tanjung Lesung Banten, grup band Seventeen turut menjadi korban dalam bencana itu.
Ifan Seventeen menjadi satu-satunya personil yang baru dapat ditemukan dan selamat, sementara personil lain hingga saat ini belum dapat ditemukan.
Bahkan ia sempat melihat banyak mayat yang berada di bibir pantai.
"Emang sebagian besar kita, saya tadi dan manajer kita ada di bibir pantai, termasuk aku sendiri, aku waktu kejadian sempet terlempar ke tengah laut, ada banyak mayat sekitar aku mungkin 20 hingga 24," kata Ifan saat live disalah satu stasiun tv, Minggu (23/12/2018).
Ifan juga menyampaikan saat ini evakuasi para korban masih sangat lambat disebabkan cuaca yang tidak bersahabat.
"Evakuasi sangat lambat karena banyak jalan keputus dan cuaca jelek, hujan deras," katanya.
Seluruh crew seventeen yang selamat merasa terpukul atas kepergian dan belum diketemukannya personil band lainnya.