Gempa Donggala

Korban Gempa Tsunami Palu Belum Terima Bantuan, Gubernur Longki :Datangi Lurah, Kalau Perlu Demo

Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola memastikan bahwa bantuan sudah disalurkan ke kabupaten dan kota yang mengalami bencana

kompas.com/rosyid a azhar
Seorang warga menunjukkan rumah beton yang digulung lumpur yang keluar dari perut bumi dan berpindah ratusan meter di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, pasca-gempa bermagnitudo 7,4. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola memastikan bahwa bantuan sudah disalurkan ke kabupaten dan kota yang mengalami bencana gempa bumi dan tsunami.

Dari sana, lanjut Longki, bantuan akan disalurkan ke tingkat kecamatan hingga kelurahan dan desa.

Lokasi posko pengungsian di tingkat desa dan kelurahan ini akan diberikan bantuan sesuai kebutuhan.

Baca: Hidup di Penjara, Kisah Ratna Sarumpaet Sempat Dekati Ahok, Hingga Tetangga Bongkar Perangainya

"Kalau belum dapat bantuan, datangi lurah dan camat, kalau perlu demo mereka," kata Longki Djanggola, Senin (8/10/2018).

Baca: SBY : Pertemuan IMF di Bali Tak Sensitif Tak Empati, Biaya Perhelatan Kelewat Besar

Pernyataan ini disampaikan menanggapi informasi banyaknya pengungsi yang belum mendapat bantuan.

Baca: Beredar Foto Mesra Hilda Vitria dan Kriss Hatta di Atas Kasur, Benda di Jari Jadi Perhatian

Longki menambahkan, pemerintah sudah mengatur sistem distribusi bantuan yang berasal dari posko utama yang disalurkan ke kabupaten dan kota.

Dari pemerintah kabupaten dan kota inilah, bantuan didistribusikan ke kecamatan dan desa serta kelurahan.

"Tidak mungkin provinsi mengintervensi sampai ke kelurahan dan desa. Sistem penyaluran ini dilakukan sejak ada bantuan," kata Longki.

Warga korban gempa dan tsunami yang masih tinggal di pengungsian di Kota Palu, Sulawesi Tengah, mempertanyakan distribusi bantuan pangan.

Mereka mengaku sudah berhari-hari tinggal di pengungsian dan belum mendapat pasokan bahan makanan.

"Tadi saya (sudah) lapor dan antre di Polsek tapi disuruh tunggu. Katanya mereka akan kirim pesan singkat. Padahal saya tidak punya ponsel," kata Subaini, salah satu pengungsi di jalan Kemiri, Kota Palu, Minggu (7/10/2018).

Sebanyak 19 jiwa menempati bangunan darurat bekas tempat jualan di depan Museum Negeri Sulawesi Tengah.

Mereka berasal dari Kelurahan Balaroa yang ambles pasca-gempa bermagnitudo 7,4 yang mengguncang Palu dan sekitarnya pada 28 September lalu.

Mereka masih bertahan di sini hanya mengandalkan bantuan keluarga.

"Belum pernah ada pendataan dari pemerintah. Kami bingung mau minta bantuan makanan di mana?" kata Subaini.

Pengungsi dari Balaroa lainnya di tempat ini, sehari sebelumnya, juga mengaku belum mendapat bantuan makanan.

"Kami hanya sekali mendapat paket sembako saat Presiden Jokowi datang, isinya ada beras dan minyak goreng. Setelah itu tidak lagi," kata Rahman (42), warga Balaroa, Sabtu (6/10/2018).

Mereka mengaku keluar dari Balaroa karena sudah tidak punya rumah lagi.

Rahman pun berharap, pemerintah dapat memberikan bahan makanan, termasuk makanan anak dan bayi.

"Kami bisa hidup karena dibantu saudara yang datang menjenguk," ujar Rahman.

Di pengungsian ini terdapat 19 orang, termasuk anak-anak dan bayi.

Di antara pengungsi tersebut terdapat 2 perempuan yang terluka, salah satunya mendapat 14 jahitan akibat tertindih beton yang terdapat besinya.

Mereka masih bertahan di tempat ini karena berharap keluarganya masih bisa ditemukan lagi.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved